PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 7 Madiun mewaspadai 12 titik jalur kereta di wilayahnya yang rawan terdampak bencana alam guna kelancaran pelaksanaan masa angkutan Lebaran 2019.
"Sebanyak 12 titik yang rawan bencana tersebut di antaranya berpotensi ambles, longsor, dan banjir," ujar Vice President Daop 7 Madiun Wisnu Pramudyo di Madiun, Senin.
Sesuai data, pihaknya merinci, potensi ambles terdapat di tiga titik, yakni antara Stasiun Walikukun-Stasiun Kedunggalar, Barat-Madiun, dan Madiun-Babadan. Potensi longsor ada di dua titik, yakni satu titik antara Saradan-Wilangan dan satu titik antara Stasiun Garum-Talun, terutama longsor dan banjir saat hujan berlangsung.
Sedangkan untuk titik rawan banjir, ada sebanyak tujuh titik yang meliputi satu titik di batas antara Daop 6 dengan Daop 7 hingga Walikukun, dua titik antara Paron-Geneng, satu titik antara Geneng-Barat, satu titik antara Barat-Madiun, satu titik antara Saradan-Wilangan, dan satu titik antara Sukomoro-Baron.
Guna mengantispasi titik rawan tersebut, KAI Daop 7 Madiun terus melakukan perawatan di sepanjang jalur kereta api di wilayahnya dan juga terus melakukan pemantauan lintasan kereta api selama 24 jam.
Selain itu, Daop 7 Madiun juga telah menyiagakan Alat Material Untuk Siaga (AMUS) berupa peralatan untuk situasi darurat yang terletak di sembilan stasiun yaitu Stasiun Walikukun, Madiun, Caruban, Nganjuk, Kertosono, Jombang, Kediri, Tulungagung, dan Stasiun Blitar.
Meski terdapat beberapa titik yang rawan bencana longsor, ambles, dan banjir, namun pihaknya menjamin lintasan kereta api di sepanjang Daop 7 Madiun dalam keadaan baik, terlebih dalam menghadapi masa angkutan Lebaran 2019.
Untuk dukungan sarana, Daop 7 Madiun juga menyiapkan sembilan lokomotif yang digunakan untuk menarik tiga KA reguler produk Daop Madiun, yakni KA Brantas, Kahurpian, dan Singasari, serta satu KA tambahan, yakni KA Brantas Tambahan. Lokomotif cadangan juga telah disediakan di Madiun dan Kertosono.
Adapun PT KAI telah menetapkan masa posko angkutan Lebaran 2019 selama 22 hari mulai 26 Mei 2019 (H-10) sampai dengan 16 Juni 2019 (H+10).
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
"Sebanyak 12 titik yang rawan bencana tersebut di antaranya berpotensi ambles, longsor, dan banjir," ujar Vice President Daop 7 Madiun Wisnu Pramudyo di Madiun, Senin.
Sesuai data, pihaknya merinci, potensi ambles terdapat di tiga titik, yakni antara Stasiun Walikukun-Stasiun Kedunggalar, Barat-Madiun, dan Madiun-Babadan. Potensi longsor ada di dua titik, yakni satu titik antara Saradan-Wilangan dan satu titik antara Stasiun Garum-Talun, terutama longsor dan banjir saat hujan berlangsung.
Sedangkan untuk titik rawan banjir, ada sebanyak tujuh titik yang meliputi satu titik di batas antara Daop 6 dengan Daop 7 hingga Walikukun, dua titik antara Paron-Geneng, satu titik antara Geneng-Barat, satu titik antara Barat-Madiun, satu titik antara Saradan-Wilangan, dan satu titik antara Sukomoro-Baron.
Guna mengantispasi titik rawan tersebut, KAI Daop 7 Madiun terus melakukan perawatan di sepanjang jalur kereta api di wilayahnya dan juga terus melakukan pemantauan lintasan kereta api selama 24 jam.
Selain itu, Daop 7 Madiun juga telah menyiagakan Alat Material Untuk Siaga (AMUS) berupa peralatan untuk situasi darurat yang terletak di sembilan stasiun yaitu Stasiun Walikukun, Madiun, Caruban, Nganjuk, Kertosono, Jombang, Kediri, Tulungagung, dan Stasiun Blitar.
Meski terdapat beberapa titik yang rawan bencana longsor, ambles, dan banjir, namun pihaknya menjamin lintasan kereta api di sepanjang Daop 7 Madiun dalam keadaan baik, terlebih dalam menghadapi masa angkutan Lebaran 2019.
Untuk dukungan sarana, Daop 7 Madiun juga menyiapkan sembilan lokomotif yang digunakan untuk menarik tiga KA reguler produk Daop Madiun, yakni KA Brantas, Kahurpian, dan Singasari, serta satu KA tambahan, yakni KA Brantas Tambahan. Lokomotif cadangan juga telah disediakan di Madiun dan Kertosono.
Adapun PT KAI telah menetapkan masa posko angkutan Lebaran 2019 selama 22 hari mulai 26 Mei 2019 (H-10) sampai dengan 16 Juni 2019 (H+10).
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019