PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) / IPC memperpanjang kerja sama program sisterport antara Pelabuhan Tanjung Priok dan Pelabuhan Ningbo, yang merupakan kota pelabuhan terbesar di pesisir timur Cina. Kerja sama lanjutan ini melingkupi rencana pembukaan layanan pelayaran langsung (direct call services) antara Pelabuhan Ningbo dan Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.
“IPC terus melakukan eksplorasi potensi bisnis korporasi. Kajian pembukaan layanan pelayaran langsung yang juga melibatkan kalangan industri pelayaran ini merupakan wujud dari ekspansi global IPC,” kata Direktur Utama IPC, Elvyn G. Masassya, dalam keterangan tertulisnya dari Beijing, Cina, Jumat (26/4), usai menandatangai perjanjian kerja sama (MoU) lanjutan antara IPC dan perwakilan Ningbo Zhoushan Port.
Elvyn berada di Cina untuk mengikuti Indonesia-China Business Forum for Regional Comprehensive. Di ajang tersebut, delegasi Pemerintah Indonesia diwakili oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut B. Panjaitan, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro.
Elvyn menjelaskan, penandatangan MoU kali ini merupakan tindak lanjut MoU antara IPC dan Ningbo Zhoushan Port, yang ditandatangani pada Mei 2017. Saat itu IPC dan Ningbo telah merintis program sisterport, termasuk mengkaji peluang kerja sama, permodalan, teknik, serta studi banding beberapa karyawan.
“Kami melihat peluang layanan direct service antara Ningbo dan Jakarta, di mana ada potensi throughput peti kemas sekitar 750ribu TEUs. Ini bisa terus meningkat,” katanya.
Jika layanan pelayaran langsung Jakarta-Ningbo terealisir, maka biaya logistik semakin efisien, dan pertumbuhan ekonomi semakin meningkat. Hal ini juga menjadikan Indonesia semakin kompetitif secara global.
“Dari sisi IPC, upaya ini akan mengurangi waktu pengiriman barang, dan mendorong terciptanya peluang bisnis baru,” jelas Elvyn.
Untuk kerja sama ini, lanjutnya, Pelabuhan Ningbo telah menunjuk anak perusahaannya (Ningbo Ocean Shipping) untuk melakukan kajian layanan direct service. IPC juga telah mengirim beberapa data yang diperlukan dalam studi tersebut.
Dalam 7 tahun terakhir, Ningbo telah menjadi pelabuhan dengan pertumbuhan throughput kontainer yang paling pesat di dunia, yaitu sebesar 8 persen. Pertumbuhan pelabuhan itu 2 persen lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan throughput secara global.
Cina merupakan mitra utama dalam bisnis ekspor Indonesia, dengan total perdagangan barang mencapai nilai 23.05 Juta dolar Amerika pada tahun 2017.
“Saat ini pengiriman kontainer antara Ningbo dan Jakarta di-tranship terlebih dahulu di Singapura. Diperkirakan ada sekitar 750 ribu TEUs kontainer setiap tahun. Sekarang di Priok ada pelabuhan New Priok Container Terminal (NPCT1) yang mampu melayani kapal besar. Kita upayakan bisa mengirim kontainer langsung dari Jakarta ke Ningbo atau sebaliknya, tanpa perlu singgah lagi di Singapura,” kata Elvyn.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
“IPC terus melakukan eksplorasi potensi bisnis korporasi. Kajian pembukaan layanan pelayaran langsung yang juga melibatkan kalangan industri pelayaran ini merupakan wujud dari ekspansi global IPC,” kata Direktur Utama IPC, Elvyn G. Masassya, dalam keterangan tertulisnya dari Beijing, Cina, Jumat (26/4), usai menandatangai perjanjian kerja sama (MoU) lanjutan antara IPC dan perwakilan Ningbo Zhoushan Port.
Elvyn berada di Cina untuk mengikuti Indonesia-China Business Forum for Regional Comprehensive. Di ajang tersebut, delegasi Pemerintah Indonesia diwakili oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut B. Panjaitan, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro.
Elvyn menjelaskan, penandatangan MoU kali ini merupakan tindak lanjut MoU antara IPC dan Ningbo Zhoushan Port, yang ditandatangani pada Mei 2017. Saat itu IPC dan Ningbo telah merintis program sisterport, termasuk mengkaji peluang kerja sama, permodalan, teknik, serta studi banding beberapa karyawan.
“Kami melihat peluang layanan direct service antara Ningbo dan Jakarta, di mana ada potensi throughput peti kemas sekitar 750ribu TEUs. Ini bisa terus meningkat,” katanya.
Jika layanan pelayaran langsung Jakarta-Ningbo terealisir, maka biaya logistik semakin efisien, dan pertumbuhan ekonomi semakin meningkat. Hal ini juga menjadikan Indonesia semakin kompetitif secara global.
“Dari sisi IPC, upaya ini akan mengurangi waktu pengiriman barang, dan mendorong terciptanya peluang bisnis baru,” jelas Elvyn.
Untuk kerja sama ini, lanjutnya, Pelabuhan Ningbo telah menunjuk anak perusahaannya (Ningbo Ocean Shipping) untuk melakukan kajian layanan direct service. IPC juga telah mengirim beberapa data yang diperlukan dalam studi tersebut.
Dalam 7 tahun terakhir, Ningbo telah menjadi pelabuhan dengan pertumbuhan throughput kontainer yang paling pesat di dunia, yaitu sebesar 8 persen. Pertumbuhan pelabuhan itu 2 persen lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan throughput secara global.
Cina merupakan mitra utama dalam bisnis ekspor Indonesia, dengan total perdagangan barang mencapai nilai 23.05 Juta dolar Amerika pada tahun 2017.
“Saat ini pengiriman kontainer antara Ningbo dan Jakarta di-tranship terlebih dahulu di Singapura. Diperkirakan ada sekitar 750 ribu TEUs kontainer setiap tahun. Sekarang di Priok ada pelabuhan New Priok Container Terminal (NPCT1) yang mampu melayani kapal besar. Kita upayakan bisa mengirim kontainer langsung dari Jakarta ke Ningbo atau sebaliknya, tanpa perlu singgah lagi di Singapura,” kata Elvyn.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019