Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa berharap relawan tetap mengawal dan membantu warga yang terdampak karena banjir hingga selesainya masa tanggap darurat di Kabupaten Madiun, Jawa Timur.
"Saya apresiasi luar biasa bagi para relawan yang membantu dari berbagai elemen serta organisasi. Mohon tetap mengawal sampai selesai masa tanggap darurat," ujarnya di sela meninjau posko warga terdampak banjir di kantor Kecamatan Balerejo, Kabupaten Madiun, Kamis.
Menurut dia, usai masa tanggap darurat dicabut maka selanjutnya dilakukan masa rekonstruksi yang menjadi tugas sejumlah organisasi perangkat daerah terkait, apakah Pekerjaan Umum Bina Marga, PU Pengairan, Pertanian atau dinas lainnya.
Pemkab Madiun telah menetapkan status darurat bencana banjir di wilayah setempat mulai 6-19 Maret 2019 sebagaimana tertuang dalam surat keputusan yang ditandatangani Bupati Madiun Ahmad Dawami.
Dengan ditetapkannya status darurat bencana banjir maka biaya yang timbul untuk penanganan bencana tersebut akan ditanggung oleh APBD Kabupaten Madiun.
Saat ini, gubernur yang juga ketua umum PP Muslimat NU itu tetap melakukan koordinasi dengan balai besar wilayah sungai (BBWS), serta beberapa kepala daerah yang wilayahnya terdampak banjir di Jatim.
"Saya tetap koordinasi dengan bupati dalam seminggu ke depan, karena banjir terjadi dalam ketinggian tertentu, seperti di Bojonegoro, Lamongan, Ponorogo, Ngawi dan lainnya," ucap gubernur perempuan pertama di Jatim tersebut.
Sebagai penanganan jangka pendek, kata dia, Pemprov Jatim tetap akan melakukan langkah koordinatif terhadap banjir yang terjadi, seperti menyiapkan pemasangan "sandbag" di tanggul Balerejo
Sedangkan untuk jangka panjang, lanjut dia, diharapkan BBWS Bengawan Solo bisa membuatkan pelengsengan di sungai Jeroan sekaligus sebagai pembatas antara daerah aliran sungai dan kawasan daratan di perkampungan warga.
Bencana banjir yang melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Madiun terjadi sejak Selasa (5/3) malam, yang menurut data BPBD terdapat delapan kecamatan terdampak banjir, yakni Kecamatan Madiun, Saradan, Pilangkenceng, Balerejo, Wungu, Sawahan, Mejayan dan Wonoasri.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
"Saya apresiasi luar biasa bagi para relawan yang membantu dari berbagai elemen serta organisasi. Mohon tetap mengawal sampai selesai masa tanggap darurat," ujarnya di sela meninjau posko warga terdampak banjir di kantor Kecamatan Balerejo, Kabupaten Madiun, Kamis.
Menurut dia, usai masa tanggap darurat dicabut maka selanjutnya dilakukan masa rekonstruksi yang menjadi tugas sejumlah organisasi perangkat daerah terkait, apakah Pekerjaan Umum Bina Marga, PU Pengairan, Pertanian atau dinas lainnya.
Pemkab Madiun telah menetapkan status darurat bencana banjir di wilayah setempat mulai 6-19 Maret 2019 sebagaimana tertuang dalam surat keputusan yang ditandatangani Bupati Madiun Ahmad Dawami.
Dengan ditetapkannya status darurat bencana banjir maka biaya yang timbul untuk penanganan bencana tersebut akan ditanggung oleh APBD Kabupaten Madiun.
Saat ini, gubernur yang juga ketua umum PP Muslimat NU itu tetap melakukan koordinasi dengan balai besar wilayah sungai (BBWS), serta beberapa kepala daerah yang wilayahnya terdampak banjir di Jatim.
"Saya tetap koordinasi dengan bupati dalam seminggu ke depan, karena banjir terjadi dalam ketinggian tertentu, seperti di Bojonegoro, Lamongan, Ponorogo, Ngawi dan lainnya," ucap gubernur perempuan pertama di Jatim tersebut.
Sebagai penanganan jangka pendek, kata dia, Pemprov Jatim tetap akan melakukan langkah koordinatif terhadap banjir yang terjadi, seperti menyiapkan pemasangan "sandbag" di tanggul Balerejo
Sedangkan untuk jangka panjang, lanjut dia, diharapkan BBWS Bengawan Solo bisa membuatkan pelengsengan di sungai Jeroan sekaligus sebagai pembatas antara daerah aliran sungai dan kawasan daratan di perkampungan warga.
Bencana banjir yang melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Madiun terjadi sejak Selasa (5/3) malam, yang menurut data BPBD terdapat delapan kecamatan terdampak banjir, yakni Kecamatan Madiun, Saradan, Pilangkenceng, Balerejo, Wungu, Sawahan, Mejayan dan Wonoasri.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019