PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. berupaya untuk meningkatkan literasi bisnis properti dan mengembangkan kuantitas serta kualitas developer di Indonesia, khususnya kepada generasi milenial di Kota Malang, Jawa Timur.

Direktur Bank BTN, R. Mahelan Prabantarikso mengatakan bahwa untuk meningkatkan literasi kepada generasi milenial tersebut, pihaknya bekerja sama dengan  sejumlah perguruan tinggi di Indonesia dengan mengadakan kuliah umum, salah satunya dengan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).

"Literasi properti dan workshop ini ditujukan bagi para milenial yang duduk di perguruan tinggi. Bertujuan untuk memperdalam pengetahuan mengenai peluang dan tantangan bisnis properti, agar mereka tertarik menjadi pengembang properti yang saat ini masih sangat dibutuhkan di Indonesia," kata Mahelan, di Kota Malang, Selasa.

Upaya peningkatan literasi tersebut dilakukan mengingat “backlog” atau defisit jumlah perumahan di Jawa Timur tercatat masih tinggi. Khusus di wilayah tersebut, backlog tercatat sebanyak 909.544 unit, yang bisa dilihat sebagai peluang untuk dipenuhi pengembang properti untuk kedepannya.

Mahelan menambahkan, geliat sektor properti mulai membaik pada tahun 2017-2018, setelah sebelumnya mengalami tekanan pada tahun 2015-2016.  Sejumlah faktor yang menekan antara lain ketidakpastian politik, tingkat hunian rendah dan perlambatan ekonomi.

"Tahun 2018 mulai membaik karena relaksasi kebijakan uang muka pembelian rumah dari Bank Indonesia, program sejuta rumah yang makin luas yang didorong program subsidi pembiayaan perumahan dari pemerintah, dan makin pesatnya pembangunan infrastruktur yang mendukung perkembangan properti di sejumlah wilayah di Indonesia," tutur Mahelan.

Kebutuhan properti, khususnya tempat tinggal, diperkirakan Mahelan tidak akan surut karena faktor bonus demografi. Dalam kajian Badan Pusat Statistik, jumlah milenial akan mencapai 90 juta jiwa pada 2020. Para milenial yang masuk pada usia produktif akan menjadi tulang punggung ekonomi sekaligus menjadi target utama pasar properti Tanah Air.

"Hal tersebut merupakan peluang, apalagi backlog properti di Indonesia sekitar 11,4 juta unit yang menjadi pekerjaan rumah pemerintah, pengembang properti dan perbankan untuk memperbaikinya," ujar Mahelan. 

Berdasarkan Indeks Harga Rumah atau House Price Index (HPI), permintaan rumah tercatat mengalami kenaikan seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, perkembangan sarana dan infrastruktur transportasi. Sementara jumlah lahan untuk perumahan makin tergerus. Pada riset yang dibuat Housing Finance Center BTN, khusus wilayah Jawa Timur, BTN HPI mencapai 181,42 pada Q4-2018.

Sementara itu,khusus BTN HPI di Malang tercatat 167,71 pada Q4-2018 meningkat 6,95 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2017. Peningkatan HPI di Malang terdorong oleh tingginya backlog atau kurangnya pasokan perumahan dibandingkan kebutuhan rumah, dengan angka backlog mencapai 18.577 unit.

Khusus untuk pengembangan developer yang kelak akan memasok kebutuhan rumah bagi masyarakat, Bank BTN juga menggelar pelatihan properti, membuka program Mini MBA in Property, serta pendampingan bagi para developer muda yang memulai bisnisnya, serta mengawasi proyek properti.

"Kualitas pengembang properti harus diperhatikan dan ditingkatkan karena saat ini marak pengembang properti bodong yang asal-asalan menggarap proyek properti  yang berpotensi merugikan konsumen," tutur Mahelan.(*)

Pewarta: Vicki Febrianto

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019