Mayoritas warga di Kelurahan Sememi, Kecamatan Benowo, Surabaya, Jawa Timur, menggunakan air dari selokan di lingkungan setempat untuk beraktivitas mandi, cuci dan kakus (MCK) setiap hari.
Salah satunya terlihat di Kampung Jalan Sememi Jaya IX-B, Kamis. Ibu-ibu yang masing-masing membawa bak dan ember tampak antri di selokan yang berlokasi di ujung gang kampungnya untuk menimba air. Beberapa di antaranya terlihat mencuci pakaian di pinggir selokan tersebut sambil saling mengobrol.
"Sudah sekitar empat bulan kami pakai air dari selokan ini untuk cuci baju, cuci piring dan mandi," ujar Ita Safitri, warga setempat, saat dikonfirmasi.
Dia mengatakan, untuk aktivitas MCK biasanya menggunakan air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Surabaya.
"Selama empat bulan terakhir, air dari PDAM mengalirnya tidak lancar. Malah seringkali tidak mengalir. Selama seminggu ini saja sudah empat hari tidak mengalir, selalu begitu sejak empat bulan yang lalu," katanya.
Namun begitu, warga tetap membayar penuh tagihan tarif PDAM. "Tagihan PDAM di rumah saya rata-rata tiap bulan Rp150 ribu. Empat bulan terakhir juga ditagih segitu, ya, tetap saya bayar," ucap Ita.
Ketua Rukun Tetangga (RT) 1/ Rukun Warga (RW) 11, Kelurahan Sememi Surabaya, Surya Sakti, memastikan telah beberapa kali melapor ke Kantor PDAM Surya Sembada Kota Surabaya.
"Jawaban dari pihak PDAM, aliran air terkendala akibat adanya pembangunan proyek gorong-gorong di wilayah kami," ujarnya.
Diakuinya, krisis air bersih dirasakan oleh segenap warga sejak adanya pembangunan proyek gorong-gorong pada sekitar bulan November 2018 lalu.
"Ada 170 kepala keluarga di wilayah RT 1/ RW 11 Kelurahan Sememi, semuanya mengalami krisis air bersih sejak adanya proyek pembangunan gorong-gorong. Krisis air juga dirasakan oleh warga di dua RT lainnya yang bersebelahan dengan kampung kami," katanya.
Karenanya, Surya mewakili segenap warganya telah beberapa kali melapor ke Kantor PDAM Surya Sembada Kota Surabaya agar setidaknya disediakan truk tangki yang membawa air bersih ke kampungnya.
"Sampai hari ini tidak ada truk tangki air yang datang. Sepertinya disuruh menunggu sampai proyek gorong-gorong ini selesai dibangun," ujarnya.
Pantauan di lokasi, tidak seluruhnya warga di Jalan Sememi Jaya IX-B Surabaya mengatasi krisis air bersih dengan cara menimba dari selokan. Beberapa warga, sejak empat bulan terakhir, menyatakan terpaksa membeli air kemasan galon untuk keperluan MCK, selain juga untuk diminum.
PDAM Surya Sembada Kota Surabaya hingga malam ini belum mengonfirmasi terkait kekacauan pasokan air bersih yang terjadi di Sememi.
Manager Hubungan Masyarakat (Humas) PDAM Surya Sembada Kota Surabaya Agus Sudibyo tampak mematikan telepon selulernya. Konfirmasi yang dikirim melalui pesan singkat "Whatsapp" juga tidak dijawab. (*)
Video Oleh Hanif Nashrullah
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
Salah satunya terlihat di Kampung Jalan Sememi Jaya IX-B, Kamis. Ibu-ibu yang masing-masing membawa bak dan ember tampak antri di selokan yang berlokasi di ujung gang kampungnya untuk menimba air. Beberapa di antaranya terlihat mencuci pakaian di pinggir selokan tersebut sambil saling mengobrol.
"Sudah sekitar empat bulan kami pakai air dari selokan ini untuk cuci baju, cuci piring dan mandi," ujar Ita Safitri, warga setempat, saat dikonfirmasi.
Dia mengatakan, untuk aktivitas MCK biasanya menggunakan air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Surabaya.
"Selama empat bulan terakhir, air dari PDAM mengalirnya tidak lancar. Malah seringkali tidak mengalir. Selama seminggu ini saja sudah empat hari tidak mengalir, selalu begitu sejak empat bulan yang lalu," katanya.
Namun begitu, warga tetap membayar penuh tagihan tarif PDAM. "Tagihan PDAM di rumah saya rata-rata tiap bulan Rp150 ribu. Empat bulan terakhir juga ditagih segitu, ya, tetap saya bayar," ucap Ita.
Ketua Rukun Tetangga (RT) 1/ Rukun Warga (RW) 11, Kelurahan Sememi Surabaya, Surya Sakti, memastikan telah beberapa kali melapor ke Kantor PDAM Surya Sembada Kota Surabaya.
"Jawaban dari pihak PDAM, aliran air terkendala akibat adanya pembangunan proyek gorong-gorong di wilayah kami," ujarnya.
Diakuinya, krisis air bersih dirasakan oleh segenap warga sejak adanya pembangunan proyek gorong-gorong pada sekitar bulan November 2018 lalu.
"Ada 170 kepala keluarga di wilayah RT 1/ RW 11 Kelurahan Sememi, semuanya mengalami krisis air bersih sejak adanya proyek pembangunan gorong-gorong. Krisis air juga dirasakan oleh warga di dua RT lainnya yang bersebelahan dengan kampung kami," katanya.
Karenanya, Surya mewakili segenap warganya telah beberapa kali melapor ke Kantor PDAM Surya Sembada Kota Surabaya agar setidaknya disediakan truk tangki yang membawa air bersih ke kampungnya.
"Sampai hari ini tidak ada truk tangki air yang datang. Sepertinya disuruh menunggu sampai proyek gorong-gorong ini selesai dibangun," ujarnya.
Pantauan di lokasi, tidak seluruhnya warga di Jalan Sememi Jaya IX-B Surabaya mengatasi krisis air bersih dengan cara menimba dari selokan. Beberapa warga, sejak empat bulan terakhir, menyatakan terpaksa membeli air kemasan galon untuk keperluan MCK, selain juga untuk diminum.
PDAM Surya Sembada Kota Surabaya hingga malam ini belum mengonfirmasi terkait kekacauan pasokan air bersih yang terjadi di Sememi.
Manager Hubungan Masyarakat (Humas) PDAM Surya Sembada Kota Surabaya Agus Sudibyo tampak mematikan telepon selulernya. Konfirmasi yang dikirim melalui pesan singkat "Whatsapp" juga tidak dijawab. (*)
Video Oleh Hanif Nashrullah
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019