Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, menyatakan hingga kini belum ada petani yang mengajukan permintaan air Waduk Pacal di Kecamatan Temayang untuk mengairi tanaman padi pada musim tanam pertama.
"Sampai hari ini tidak ada permohonan pengajuan permintaan air Waduk Pacal, sebab petani di sepanjang daerah irigasi Waduk Pacal bisa memperoleh air hujan," kata Kepala Bagian Operasi dan Pemeliharaan Dinas PU SDA Bojonegoro Masahid di Bojonegoro, Rabu.
Para petani di sepanjang daerah irigasi Waduk Pacal, antara lain di Kecamatan Sukosewu, Kapas, Balen, Sumberrejo, dan Kepohbaru, dengan luas tanaman padi sekitar 20 ribu hektare masih belum panen.
"Petani di sepanjang irigasi waduk menanam padi musim hujan musim tanam pertama. Saat ini usianya rata-rata mulai berbuah," kata Kasi Pemanfaatan dan Pengelolaan Dinas PU SDA Marlan.
Ia memperkirakan para petani baru mengajukan permintaan air untuk mengairi tanaman padi saat memasuki musim tanam kedua pada April.
Dengan perolehan air di Waduk Pacal, ia optimistis Waduk Pacal di Desa Kedungasumber, Kecamatan Temayang, bisa memperoleh air secara maksimal dengan mempertimbangkan adanya bangunan saluran pelimpas yang pernah jebol akibat banjir bandang beberapa tahun lalu.
"Perolehan air Waduk Pacal dibatasi ketinggian airnya pada papan duga maksimal hanya 115 meter," kata Petugas Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo di Solo, Jawa Tengah, Bambang Irawan.
Saat ini, kata dia, ketinggian air pada papan duga Waduk Pacal Bojonegoro mencapai 114,65 meter dengan debit mencapai 21 juta meter kubik.
"Beberapa waktu lalu air Waduk Pacal dikeluarkan sekitar 5 meter kubik per detik dengan tujuan mengamankan bangunan jaringan irigasi. Kalau sekarang pintu pengeluaran ditutup," ucapnya.
Ia menambahkan, dengan kondisi masih musim hujan, perolehan air Waduk Pacal dengan ketinggian 115 meter akan bisa terealisasi.
Data di kantor Dinas Pengairan menyebutkan Waduk Pacal memiliki daerah irigasi pertanian seluas 16.624 hektare di sejumlah desa di Kecamatan Sukosewu, Balen, Kapas, Sumberrejo, Kepohbaru, dan Baureno. Pada awal dibangun Belanda pada 1933, Waduk Pacal mampu menampung air mencapai 42 juta meter kubik.
Namun, sekarang daya tampungnya menurun disebabkan sedimen yang masuk waduk mencapai 15 ribu meter kubik per tahun, yang dipengaruhi rusaknya daerah tangkapan air dan rusaknya bangunan pelimpas. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
"Sampai hari ini tidak ada permohonan pengajuan permintaan air Waduk Pacal, sebab petani di sepanjang daerah irigasi Waduk Pacal bisa memperoleh air hujan," kata Kepala Bagian Operasi dan Pemeliharaan Dinas PU SDA Bojonegoro Masahid di Bojonegoro, Rabu.
Para petani di sepanjang daerah irigasi Waduk Pacal, antara lain di Kecamatan Sukosewu, Kapas, Balen, Sumberrejo, dan Kepohbaru, dengan luas tanaman padi sekitar 20 ribu hektare masih belum panen.
"Petani di sepanjang irigasi waduk menanam padi musim hujan musim tanam pertama. Saat ini usianya rata-rata mulai berbuah," kata Kasi Pemanfaatan dan Pengelolaan Dinas PU SDA Marlan.
Ia memperkirakan para petani baru mengajukan permintaan air untuk mengairi tanaman padi saat memasuki musim tanam kedua pada April.
Dengan perolehan air di Waduk Pacal, ia optimistis Waduk Pacal di Desa Kedungasumber, Kecamatan Temayang, bisa memperoleh air secara maksimal dengan mempertimbangkan adanya bangunan saluran pelimpas yang pernah jebol akibat banjir bandang beberapa tahun lalu.
"Perolehan air Waduk Pacal dibatasi ketinggian airnya pada papan duga maksimal hanya 115 meter," kata Petugas Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo di Solo, Jawa Tengah, Bambang Irawan.
Saat ini, kata dia, ketinggian air pada papan duga Waduk Pacal Bojonegoro mencapai 114,65 meter dengan debit mencapai 21 juta meter kubik.
"Beberapa waktu lalu air Waduk Pacal dikeluarkan sekitar 5 meter kubik per detik dengan tujuan mengamankan bangunan jaringan irigasi. Kalau sekarang pintu pengeluaran ditutup," ucapnya.
Ia menambahkan, dengan kondisi masih musim hujan, perolehan air Waduk Pacal dengan ketinggian 115 meter akan bisa terealisasi.
Data di kantor Dinas Pengairan menyebutkan Waduk Pacal memiliki daerah irigasi pertanian seluas 16.624 hektare di sejumlah desa di Kecamatan Sukosewu, Balen, Kapas, Sumberrejo, Kepohbaru, dan Baureno. Pada awal dibangun Belanda pada 1933, Waduk Pacal mampu menampung air mencapai 42 juta meter kubik.
Namun, sekarang daya tampungnya menurun disebabkan sedimen yang masuk waduk mencapai 15 ribu meter kubik per tahun, yang dipengaruhi rusaknya daerah tangkapan air dan rusaknya bangunan pelimpas. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019