Surabaya (Antaranews Jatim) - Inovasi alat pendeteksi gempa berteknologi Artificial Intelligence (AI) karya siswa kelas VII SMP Al Hikmah Surabaya meraih juara 3 di ajang Malaysian Association of Research Scientist 2019 di Kuala Lumpur, Malaysia beberapa waktu lalu.
Pada ajang itu Achmad Firdaus Assabil, Muhammad Ezra Satwika Narawangsa, Abel Gani, Afarrel Febryan Ghiffari Putra Andy, Haidarrozan Pramasony dan Khosyi Waliyyul Fattah mengalahkan 500 peserta dari seluruh Asia.
"Kami memenangkan Asian Youth Innovation Awards 2019 pada kategori junior. Juara 3 dari 500 peserta itu dari Asia. Juara 1 dari Malaysia, kedua juga Malaysia," kata Achmad Firdaus Assabil di Surabaya, Senin.
Dia mengatakan Malaysian Association of Research Scientist 2019 merupakan ajang di mana para penemu belia berkumpul untuk memamerkan temuan terbaru mereka.
"Kami memamerkan inovasi yaitu alat deteksi gempa terbaru menggunakan artiicial inteligence (AI) untuk menyelamatkan masyarakat saat terjadi gempa," katanya.
Alat pendeteksi gempa buatan dia dan kelompoknya itu berbentuk kotak kecil dilengkapi layar. Pada layar tersebut akan dapat dilihat sedang gempa atau tidak. Saat gempa, maka pemberitahuan akan keluar dari layar dan juga suara.
"Alasan menciptakan alat ini karena sering terjadi banyak gempa. Setelah kami riset, karena keterlambatan pemberitahuan. Kami buat alat ini untuk memperluas jangkauan jika ada gempa sehingga akan mengedukasi masyarakat," ujarnya.
Assabil mengungkapkan, persiapan menghadapi akang itu sangat mepet, yakni 1,5 bulan. Alat dirancang Desember dah mulai pembuatan pada awal Januari hingga jadi H-2.
"Kesulitan di sana, saat mendisplay ada masalah sehingga belum selesai. Saat kami membuat malam hari, ternyata tidak perlu dipakai dan juri tetap tertarik," ucapnya.
Kelompoknya akan mencoba mengembangkan alat tersebut setelah diterima di Kedutaan Besar Indonesia di Malaysia. Dari kunjungan itu, Assabil menuturkan, banyak saran yang diberikan Atase Pendidikan KBRI.
"Ke depan alat ini akan diintegrasikan dengan Internet of Things (IOT) sehingga alat ini bisa menghubungi pihak berwajib saat terjadi gempa dan masyarakat bisa lebih siap," kata Assabil.
Sementara itu, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMP Al Hikmah Surabaya Dony Wijaya ST mengatakan pembuatan karya ilmiah ini merupakan program wajib di SMP Al Hikmah Surabaya sebagai syarat kenaikan kelas dari kelas VIII ke IX. Dari program itu diambil yang terbaik untuk diikutkan lomba skala nasional juga internasional.
"Kelas VII yang dapat penghargaan ini sudah punya komunitas sejak kelas VI jadi sudah biasa melakukan penelitian. Sehingga saat kelas VII saat mau melakukan penelitian kita fasilitasi," ujarnya.
Selain Assabil dan kelompoknya, siswa lain dari SMP Al Hikmah juga meraih Silver Awards lewat inovasi The Effectivity of "CALAMEL" Aedes Aegepti Repellent.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
Pada ajang itu Achmad Firdaus Assabil, Muhammad Ezra Satwika Narawangsa, Abel Gani, Afarrel Febryan Ghiffari Putra Andy, Haidarrozan Pramasony dan Khosyi Waliyyul Fattah mengalahkan 500 peserta dari seluruh Asia.
"Kami memenangkan Asian Youth Innovation Awards 2019 pada kategori junior. Juara 3 dari 500 peserta itu dari Asia. Juara 1 dari Malaysia, kedua juga Malaysia," kata Achmad Firdaus Assabil di Surabaya, Senin.
Dia mengatakan Malaysian Association of Research Scientist 2019 merupakan ajang di mana para penemu belia berkumpul untuk memamerkan temuan terbaru mereka.
"Kami memamerkan inovasi yaitu alat deteksi gempa terbaru menggunakan artiicial inteligence (AI) untuk menyelamatkan masyarakat saat terjadi gempa," katanya.
Alat pendeteksi gempa buatan dia dan kelompoknya itu berbentuk kotak kecil dilengkapi layar. Pada layar tersebut akan dapat dilihat sedang gempa atau tidak. Saat gempa, maka pemberitahuan akan keluar dari layar dan juga suara.
"Alasan menciptakan alat ini karena sering terjadi banyak gempa. Setelah kami riset, karena keterlambatan pemberitahuan. Kami buat alat ini untuk memperluas jangkauan jika ada gempa sehingga akan mengedukasi masyarakat," ujarnya.
Assabil mengungkapkan, persiapan menghadapi akang itu sangat mepet, yakni 1,5 bulan. Alat dirancang Desember dah mulai pembuatan pada awal Januari hingga jadi H-2.
"Kesulitan di sana, saat mendisplay ada masalah sehingga belum selesai. Saat kami membuat malam hari, ternyata tidak perlu dipakai dan juri tetap tertarik," ucapnya.
Kelompoknya akan mencoba mengembangkan alat tersebut setelah diterima di Kedutaan Besar Indonesia di Malaysia. Dari kunjungan itu, Assabil menuturkan, banyak saran yang diberikan Atase Pendidikan KBRI.
"Ke depan alat ini akan diintegrasikan dengan Internet of Things (IOT) sehingga alat ini bisa menghubungi pihak berwajib saat terjadi gempa dan masyarakat bisa lebih siap," kata Assabil.
Sementara itu, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMP Al Hikmah Surabaya Dony Wijaya ST mengatakan pembuatan karya ilmiah ini merupakan program wajib di SMP Al Hikmah Surabaya sebagai syarat kenaikan kelas dari kelas VIII ke IX. Dari program itu diambil yang terbaik untuk diikutkan lomba skala nasional juga internasional.
"Kelas VII yang dapat penghargaan ini sudah punya komunitas sejak kelas VI jadi sudah biasa melakukan penelitian. Sehingga saat kelas VII saat mau melakukan penelitian kita fasilitasi," ujarnya.
Selain Assabil dan kelompoknya, siswa lain dari SMP Al Hikmah juga meraih Silver Awards lewat inovasi The Effectivity of "CALAMEL" Aedes Aegepti Repellent.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019