Madiun (Antaranews Jatim) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Madiun, Jawa Timur mencatat angka bebas jentik (ABJ) di wilayah setempat masih rendah sehingga rawan penyebaran penyakit demam berdarah (DB) terlebih saat musim hujan berlangsung.

"ABJ kita masih rendah. Yakni baru mencapai 40 persen," ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Dinkes Kabupaten Madiun, Agung Tri Widodo kepada wartawan, Selasa.

Menurut dia, rendahnya persentase itu jelas sangat mengkhawatirkan. Sebab, untuk mencapai predikat baik, ABJ tidak boleh kurang dari 95 persen.

Supervisi yang telah dilakukan tim Dinkes Kabupaten Madiun didapati bila pemberantasan sarang nyamuk (PSN) belum berjalan optimal. Hal itu merata di 206 desa/kelurahan di 15 kecamatan yang ada di wilayah setempat. Kesadaran masyarakat akan pentingnya PSN harus ditingkatkan.

"Untuk itu, kami akan lebih gencarkan lagi sosialisasi pemberantasn sarang nyamuk guna mencegah sebaran penyakit demam berdarah," kata dia.

Warga Kabupaten Madiun diminta rajin melakukan PSN dengan "3M plus", paling tidak selama sepekan sekali. Baik di rumah maupun lingkungan rumah. Warga diminta meminimalkan adanya genangan dengan sampah dan barang bekas yang tak terpakai.

Dinkes juga intens melakukan "fogging" atau pengasapan di sejumlah titik rawan. Terlebih di daerah-daerah yang telah terdapat kasus positif demam berdarah.

"Sejak Januari 2019, sesuai data Dinkes telah melakukan fogging di 40 titik wilayah Kabupaten Madiun," katanya.

Dinkes Kabupaten Madiun mencatat, sebaran demam berdarah di wiilayah setempat pada tahun 2017 mencapai 78 kasus dengan satu penderita meninggal. Pada tahun 2018, jumlah kasusnya bertambah menjadi 124 kasus dengan satu penderita meninggal.

Sedangkan, untuk tahun 2019, hingga pertengahan Februari, jumlah kasus DB sudah mencapai 99 kasus dengan dua penderita di antaranya meninggal.

Kasus-kasus tersebut tersebar hampir merata di 15 kecamatan yang ada di Kabupaten Madiun dengan penderita terbanyak di Kecamatan Pilangkenceng. (*)

Pewarta: Louis Rika Stevani

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019