Ngawi (Antaranews Jatim) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, mencatat sebanyak 586 warga setempat positif terjangkit HIV/AIDS hingga awal tahun 2019. 

"Dari jumlah tersebut, sebanyak 162 orang di antaranya telah meninggal dunia," ujar Kasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Dinkes Ngawi, Djaswadi di Ngawi, Sabtu.
     
Menurutnya kasus HIV/AIDS di wilayahnya terus mengalami peningkatan setiap tahunnya sejak ditemukan pertama kali di tahun 2002. Selama tahun 2018 saja, tercatat ada 94 orang dengan HIV/AIDS (ODHA) baru.
     
"Sejak ditemukannya HIV/AIDS pada tahun 2002, sampai akhir 2018 ada sebanyak 305 ODHA pria dan 281 perempuan," kata dia.
     
Adapun faktor penyebab penularannya paling banyak karena hubungan seks bebas. Karena itu, ia mengajak warga Ngawi untuk tidak melakukan hubungan seks bebas, setia kepada pasangan, dan menggunakan kondom kalau memang akan berhubungan badan dengan orang lain.
     
Selain itu juga tidak menggunakan narkoba karena penggunaan jarum suntik narkoba secara bergantian masih menyumbang kasus penularan HIV/AIDS.
     
"Hubungan seks menjadi faktor penyebaran HIV/AIDS tertinggi di Ngawi. Selain itu, ibu rumah tangga menjadi penyumbang tertinggi kedua jumlah penderita HIV/AIDS d Ngawi yakni mencapai 150 orang," ungkapnya.
     
Djaswadi menjelaskan, penderita HIV/AIDS di Ngawi tersebar di 19 kecamatan yang ada. Terbanyak terdapat di wilayah Kecamatan Paron mencapai 84 ODHA. Kemudian, Kecamatan Widodaren 68 ODHA, Ngawi 52 ODHA, Kedunggalar 46 ODHA, dan Kendal 38 ODHA.
     
Guna mencegah penyebaran HIV/AIDS, pihaknya gencar melakukan sosialisasi dan mengedukasi masyarakat Ngawi tentang bahayanya penyakit AIDS. Dinkes juga menggandeng instansi dan komunitas peduli AIDS untuk memerangi HIV/AIDS, sebab penanggulangan kasus HIV/AIDS bukan hanya tugas dari Dinkes, namun juga tugas seluruh komponen masyarakat.
     
Sisi lain, penyebaran informasi tentang pencegahan dan bahaya HIV/AIDS juga intensif digaungkan secara terus-menerus. Sehingga perilaku masyarakat dapat berubah dan akhirnya kasusnya dapat ditekan.
     
"Guna bertahan hidup, sebanyak 90 persen dari ratusan ODHA tersebut diberi obat ARV dari pemerintah," ucapnya. (*)

Pewarta: Louis Rika Stevani

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019