Situbondo (Antaranews Jatim) - Sejumlah kapal layar motor (KLM) bermuatan sembako rute Banyuwangi ke Pulau Sapeken tertahan selama dua minggu di Pelabuhan Rakyat Pantai Boom, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, karena belum mendapatkan izin berlayar karena cuaca ekstrem.
"Kami sudah dua minggu tertahan di sini (Pelabuhan Rakyat Pantai Boom), belum mendapatkan izin berlayar dari syahbandar, katanya cuaca masih kurang bagus," ujar Hanafi, Kapten Kapal Layar Motor Fisal Rahman kepada sejumlah wartawan di Pelabuhan Rakyat Pantai Boom, Kecamatan Banyuwangi, Kabupaten Banyuwangi, Senin.
Ia mengemukakan, karena tertahan tidak mendapatkan izin berlayar selama dua minggu, pihaknya harus mengeluarkan dua kali lipat untuk memenuhi kebutuhan makan setiap hari bersama lima anak buah kapal atau ABK.
Biasanya, katanya, paling lama kapal kayu untuk memuat sembako seperti beras, sayuran dan kebutuhan lainnya bersandar di pelabuhan rakyat selama tujuh hari, namun karena cuaca ekstrem harus tertahan hingga dua minggu.
"Kalau biasanya selama satu minggu di sini, kami mengeluarkan uang untuk kebutuhan sehari-hari Rp700.000, namun sekarang dua kali lipat. Mudah-mudahan besok sudah diizinkan berlayar," katanya.
Sementara Kepala Kantor Kesyahbandaran Otoritas Pelabuhan (KSOP) Tanjung Wangi, Kabupaten Banyuwangi, Letkol Marinir Agus Winartono mengatakan sampai saat ini pihaknya belum bisa memberin izin layar kapal layar motor tujuan Pulau Sapeken, Kabupaten Sumenep, Madura, karena cuaca masih ekstrem dan dapat membahayakan pelayaran.
"Sesuai peringatan BMKG, kami belum bisa memberikan izin berlayar, karena gelombang mencapai hingga tiga meter, apalagi GT-nya kecil, kapal perintis saja juga belum mendapatkan izin, dan ini untuk keselamatan bersama," katanya. (*)
Video Oleh Novi Husdinariyanto
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
"Kami sudah dua minggu tertahan di sini (Pelabuhan Rakyat Pantai Boom), belum mendapatkan izin berlayar dari syahbandar, katanya cuaca masih kurang bagus," ujar Hanafi, Kapten Kapal Layar Motor Fisal Rahman kepada sejumlah wartawan di Pelabuhan Rakyat Pantai Boom, Kecamatan Banyuwangi, Kabupaten Banyuwangi, Senin.
Ia mengemukakan, karena tertahan tidak mendapatkan izin berlayar selama dua minggu, pihaknya harus mengeluarkan dua kali lipat untuk memenuhi kebutuhan makan setiap hari bersama lima anak buah kapal atau ABK.
Biasanya, katanya, paling lama kapal kayu untuk memuat sembako seperti beras, sayuran dan kebutuhan lainnya bersandar di pelabuhan rakyat selama tujuh hari, namun karena cuaca ekstrem harus tertahan hingga dua minggu.
"Kalau biasanya selama satu minggu di sini, kami mengeluarkan uang untuk kebutuhan sehari-hari Rp700.000, namun sekarang dua kali lipat. Mudah-mudahan besok sudah diizinkan berlayar," katanya.
Sementara Kepala Kantor Kesyahbandaran Otoritas Pelabuhan (KSOP) Tanjung Wangi, Kabupaten Banyuwangi, Letkol Marinir Agus Winartono mengatakan sampai saat ini pihaknya belum bisa memberin izin layar kapal layar motor tujuan Pulau Sapeken, Kabupaten Sumenep, Madura, karena cuaca masih ekstrem dan dapat membahayakan pelayaran.
"Sesuai peringatan BMKG, kami belum bisa memberikan izin berlayar, karena gelombang mencapai hingga tiga meter, apalagi GT-nya kecil, kapal perintis saja juga belum mendapatkan izin, dan ini untuk keselamatan bersama," katanya. (*)
Video Oleh Novi Husdinariyanto
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019