Sebagai dokter spesialis mata, dr Uyik Unari Dwi Kaptuti SpM menginginkan masyarakat tak memiliki permasalahan di bagian panca inderanya. Tak peduli status sosial masyarakat menengah atas atau ke bawah, ia secara sukarela berupaya menyembuhkan penderita penyakit katarak.
Tak salah citra sebagai dokter berjiwa sosial tinggi disandangnya. Julukan tersebut disematkan karena ribuan penderita katarak telah diobatinya tanpa harus mengeluarkan biaya besar.
"Selain pasien BPJS, cukup surat pengantar dari perangkat kampung bagi warga kurang mampu, kami harus melayani mereka dan memberikan yang terbaik," ujar dr Uyik, sapaan akrabnya.
Saat ini, posisi sebagai direktur Klinik Mata Utama (KMU) semakin membuatnya terdorong untuk tak berhenti melayani masyarakat yang mengalami persoalan di bagian matanya, terutama katarak.
Terlebih berdasarkan data, bahwa sekitar 70 persen penyebab kebutaan di Indonesia disebabkan oleh katarak sehingga harus diberantas dan dituntaskan.
"Mengutip data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada 2010 di Indonesia setiap tahun sekitar 210 ribu orang mengidap katarak dan berada di peringkat kedua jumlah penderita katarak terbanyak di dunia," ujarnya.
Data tersebut membuatnya prihatin, sehingga semakin yakin bersama suaminya mengemban misi sosial dan menolong orang tidak mampu tanpa pikir panjang.
"Sangat berbahaya dan besar risikonya akibat katarak. Belum tentu lima tahun kemudian mereka punya uang sehingga tak ada alasan untuk tidak ditolong," katanya.
Dokter berhijab itu juga mengembangkan tiga prinsip pengabdian, yaitu profesional, edukasi dan sosial, yakni profesional menjadikan KMU memanfaatkan peralatan dan teknologi medis tercanggih, serta sumber daya manusia yang tahu, mau, mampu mengembangkan diri, serta kualitas layanan berkesan.
Kemudian prinsip edukasi yakni mendidik dan tak berhenti membagi keahlian yang telah dimiliki serta prinsip sosial memberi jalan agar ringan hati berbagi.
Sementara itu, KMU yang berdiri pada 2010 di Jalan Sumatera 27-F GKB Kota Gresik, Jawa Timur, hingga kini tak kurang 5.000 mata dhuafa penderita katarak telah dioperasi secara gratis.
Kini, KMU sudah ada di 15 titik lokasi, termasuk beberapa klinik baru, seperti di Bangkalan, Madura dan Bojonegoro. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
Tak salah citra sebagai dokter berjiwa sosial tinggi disandangnya. Julukan tersebut disematkan karena ribuan penderita katarak telah diobatinya tanpa harus mengeluarkan biaya besar.
"Selain pasien BPJS, cukup surat pengantar dari perangkat kampung bagi warga kurang mampu, kami harus melayani mereka dan memberikan yang terbaik," ujar dr Uyik, sapaan akrabnya.
Saat ini, posisi sebagai direktur Klinik Mata Utama (KMU) semakin membuatnya terdorong untuk tak berhenti melayani masyarakat yang mengalami persoalan di bagian matanya, terutama katarak.
Terlebih berdasarkan data, bahwa sekitar 70 persen penyebab kebutaan di Indonesia disebabkan oleh katarak sehingga harus diberantas dan dituntaskan.
"Mengutip data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada 2010 di Indonesia setiap tahun sekitar 210 ribu orang mengidap katarak dan berada di peringkat kedua jumlah penderita katarak terbanyak di dunia," ujarnya.
Data tersebut membuatnya prihatin, sehingga semakin yakin bersama suaminya mengemban misi sosial dan menolong orang tidak mampu tanpa pikir panjang.
"Sangat berbahaya dan besar risikonya akibat katarak. Belum tentu lima tahun kemudian mereka punya uang sehingga tak ada alasan untuk tidak ditolong," katanya.
Dokter berhijab itu juga mengembangkan tiga prinsip pengabdian, yaitu profesional, edukasi dan sosial, yakni profesional menjadikan KMU memanfaatkan peralatan dan teknologi medis tercanggih, serta sumber daya manusia yang tahu, mau, mampu mengembangkan diri, serta kualitas layanan berkesan.
Kemudian prinsip edukasi yakni mendidik dan tak berhenti membagi keahlian yang telah dimiliki serta prinsip sosial memberi jalan agar ringan hati berbagi.
Sementara itu, KMU yang berdiri pada 2010 di Jalan Sumatera 27-F GKB Kota Gresik, Jawa Timur, hingga kini tak kurang 5.000 mata dhuafa penderita katarak telah dioperasi secara gratis.
Kini, KMU sudah ada di 15 titik lokasi, termasuk beberapa klinik baru, seperti di Bangkalan, Madura dan Bojonegoro. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019