Kabupaten Pamekasan merupakan satu dari empat kabupaten di Pulau Madura, Jawa Timur yang sebagian bergantung pada penghasilan usaha batik tulis. Jumlah perajin batik tulis di kabupaten ini, tercatat sebanyak 38 sentra batik, dengan 933 unit usaha, dan 6.526 orang menggantungkan nasibnya pada jenis usaha kreatif ini.

Menurut Bupati Pamekasan Baddrut Tamam, ekonomi usaha batik menyumbang 1-2 persen dalam sektor industri, lebih rendah dari sektor pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 35,66 persen, kemudian posisi kedua ditempati oleh sektor perdagangan besar dan eceran yaitu sebesar 19,61 persen, dan kontribusi terbesar ketiga adalah sektor konstruksi dengan kontribusi sebesar 10,12 persen.

Hanya saja, industri batik juga memiliki keterkaitan erat dengan beberapa program yang sedang dicanangkan bupati, seperti industri kreatif yang menurutnya relevan pada era industry 4.0, maupun dengan program wirausahawan baru, serta beberapa program lainnya.

Oleh karena itu, Pemkab Pamekasan berupaya mendorong berkembangnya industri batik di Kabupaten Pamekasan, dengan melakukan pembinaan, peningkatan sumber daya manusia (SDM), dan pengembangan alat bantu berupa teknologi, dan upaya memperluas akses pemasaran melalui kegiatan promosi sistemik.

Membangun kesadaran masyarakat untuk menggunakan batik, dengan cara berupaya menanamkan rasa cinta terhadap batik tulis Pamekasan sebagai produk lokal, serta mempromosi batik Pamekasan ke level nasional maupun internasional, menurut bupati merupakan hal penting yang harus dilakukan pemerintah.

Kebijakan pemerintah dalam berupaya menguatkan rasa memiliki dan bangga akan hasil produk lokal para pembatik Pamekasan ini yang membuat Bupati Baddrut Tamam mengharuskan semua mobil dinas di masing-masing organisasi perangkat daerah (OPD) dibranding batik tulis Pamekasan. Sehingga, pada 7 Januari 2019, peluncuran branding batik tulis Pemkab Pamekasan digelar.

Sedikitnya 90 unit kendaraan dinas jenis mobil dan sepeda motor dari berbagai organisasi perangkat daerah (OPD) di lingkungan Pemkab Pamekasan diluncurkan dari Pendopo Ronggosukowati Pemkab Pamekasan.

Mobil dinas Bupati Pamekasan Baddrut Tamam dan Wakilnya Raja`e yang sudah dibranding batik tulis Pamekasan memimpin rombongan kendaraan dinas lainnya berkeliling Kota Pamekasan, mulai dari halaman pendopo dan berakhir di area Monumen Arek Lancor yang merupakan jantung Kota Pamekasan.

"Ini merupakan bagian dari upaya memberikan contoh kepada masyarakat, bahwa masyarakat Pamekasan untuk mencintai produk lokal dan menggunakan produk lokal. Selain itu, kegiatan ini adalah bagian dari upaya pemerintah dalam rangka melestarikan budaya batik khas Pamekasan," ujar bupati.

Wujud dukungan Pemerintah Kabupaten Pamekasan kepada industri batik adalah dengan mengemas dengan unik, yakni mendesain warna batik pada mobil dinas pemerintah kabupaten Pamekasan.

Ia mengatakan, batik Pamekasan akan menjadi urat nadi bagi Pemerintah Kabupaten Pamekasan, dan hal ini harus segera menular pada seluruh rakyat Pamekasan.

"Batik Pamekasan yang sudah turun-temurun beririsan dengan masyarakat Pamekasan, harus terus kita pertahankan dan bahkan harus dikembangkan, agar batik dapat memberikan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat Pamekasan," katanya, menambahkan.

Untuk itu, Pemkab Pamekasan sengaja memilih desain batik pada seluruh mobil dinas di lingkungan Pemkab Pamekasan dengan tujuan hendak menunjukkan bahwa Pemkab Pamekasan bangga dan akan memberikan bekerja untuk pengembangan dan upaya akselarasi industri batik di Pamekasan.

"Batik merupakan identitas kita. Batik merupakan produk lokal kita. Batik merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Pamekasan. Batik adalah kita. Untuk itulah, mulai detik ini, kami deklarasikan, Pamekasan Kota Batik," kata Bupati Baddrut Tamam.

Dampak Sistemik
Akademisi dari Universitas Madura (Unira) Pamekasan Dr Gazali menilai, kebijakan Bupati Baddrut Tamam mengharuskan semua kendaraan dinas dibranding batik tulis itu, akan memiliki dampak sistemik dari segi ekonomi dan sosial.

Pertama, dari sisi ekonomi, menurut dia, jelas akan berdampak pada penjualan batik tulis Pamekasan. Apalagi pemkab tidak hanya mewajibkan semua kendaraan dinas dibranding batik, akan tetapi juga mengharuskan pada hari-hari tertentu menggunakan seragam batik Pamekasan.

Secara otomatis, sambung Gazali, nantinya juga akan menguatkan persepsi publik bahwa menggunakan batik Pamekasan merupakan sebuah kebanggaan, kendatipun dari sisi harga, batik tulis Pamekasan memang lebih mahal dibanding batik luar Pamekasan.

"Jadi, apa yang dilakukan Bupati Pamekasan akan menciptakan persepsi bahwa menggunakan batik Pamekasan adalah sebuah gengsi, karena batik Pamekasan dipakai pejabat," katanya.

Ketua Presidium Korp Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (Kahmi) Pamekasan ini lebih lanjut menjelaskan, bahwa branding mobil dinas dengan batik tulis Pamekasan ini juga akan menginspirasi masyarakat. Buktinya, sejak branding mobil dinas diluncurkan pada 7 Januari 2019, saat ini sudah banyak mobil milik pribadi warga yang juga dibranding batik tulis Pamekasan.

Kedua, dari sisi sosial, branding mobil dinas dengan batik tulis, akan menciptakan kebanggaan tersendiri bagi masyarakat, sehingga masyarakat akan memiliki persepsi bangga saat menggunakan batik tulis hasil kerajinan pengrajin batik Pamekasan.

Apalagi, sambung Gazali, upaya mempromisikan batik tulis Pamekasan itu bukan hanya dengan membranding mobil dinas saja, akan tetapi Pemkab Pamekasan juga memberikan pembinaan pola pemasaran secara "online".

Gazali lebih lanjut menilai, pilihan Bupati Pamekasan dalam upaya membantu meningkatkan perekonomian pada usaha kreatif batik tulis merupakan pilihan yang tepat. Sebab selain bernilai ekonomi, juga bernilai seni.

"Pengembangan ekonomi melalui seni, di beberapa negara sangat bagus dan menunjukkan peningkatan yang signifikan," katanya.

Sementara itu, para pengrajin dan pedagang batik tulis di Pamekasan, Madura, Jawa Timur mengaku, penjualan batik tulis memang cenderung meningkat, sejak Bupati Pamekasan menggencarkan promosi batik.

Bahkan, peningkatan penjualan batik tulis Pamekasan sudah terjadi, sejak Bupati Baddrut Tamam dan Wakilnya Raja`e masih sebagai calon Bupati dan Wakil Bupati Pamekasan, karena seragam yang digunakan merupakan seragam batik tulis Pamekasan.

"Peningkatan penjualan batik tulis tidak hanya pengguna batik lokal saja, akan tetapi di luar daerah, pesanan batik melalui penjualan online juga meningkat," kata pedagang batik tulis di Pamekasan Hamidah.

Kalangan praktisi seni budaya di Pamekasan menilai, branding batik tulis di mobil dinas milik Pemkab Pamekasan sebenarnya bukan hanya untuk membantu perajin batik mempromosikan batik tulis hasil kerajinan mereka, akan tetapi juga sebagai penguatan identitas Pamekasan sebagai kota batik. (*)

Pewarta: Abd Aziz

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019