Probolinggo (Antaranews Jatim) - Pemerintah Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur menargetkan produksi garam pada tahun 2019 naik sekitar 10 persen dari target tahun 2018 seiring dengan melimpahnya produksi garam di wilayah setempat.
"Tahun ini target produksi garam sebanyak 20 ribu ton dan tahun depan kami targetkan naik 10 persen menjadi 22 ribu ton," kata Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Probolinggo Dedy Isfandi melalui Kabid Perikanan Tangkap Wahid Noor Aziz di Probolinggo, Jumat.
Menurutnya target itu dipatok karena progres produksi garam di Kabupaten Probolinggo cukup baik dan realisasi hingga November 2018 sudah mencapai 23 ribu ton dan melebihi dari target produksi garam yang ditetapkan Pemkab Probolinggo sebesar 20 ribu ton.
"Kami berharap produksi garam ditingkatkan tahun depan dan cuaca juga mendukung, sehingga target sebesar 22 ribu ton garam bisa direalisasikan," tuturnya.
Untuk itu, lanjut dia, Dinas Perikanan Probolinggo akan melakukan sosialisasi dan pembinaan kepada petani garam dan menambah fasilitas penunjang peningkatan produksi garam di Kabupaten Probolinggo, sehingga dapat meningkatkan produktivitas garam petani.
"Kami akan menambah geoisolator bagi petambak garam yang membutuhkan, sehingga dengan sarana tersebut target yang ditetapkan Pemkab Probolinggo bisa tercapai," katanya.
Ia menjelaskan pihaknya juga akan memfasilitasi dan mengajak petani garam untuk menerapkan model rumah garam sistem on/off atau metode buka tutup garam jadi super (Katup Gadis) karena metode itu telah dinobatkan sebagai jawara inovasi teknologi tingkat Provinsi Jawa Timur.
"Tujuan dengan penerapan metode garam on/off agar menambah produksi garam di musim hujan karena biasanya petani berhenti memproduksi garam saat musim hujan. Memang hasil panennya tidak bisa semaksimal saat musim kemarau, namun petani bisa tetap produksi garam," ujarnya.
Sementara itu, petambak garam asal Desa Kalibuntu Kota Kraksaan Suparyono mengatakan permintaan garam dari luar daerah mengalami peningkatan karena masuknya musim ikan di sejumlah pesisir selatan, sehingga kebutuhan garam untuk pengasinan ikan juga tinggi.
"Peningkatam penjualan itu terjadi sejak awal Desember yang mencapai 8 ton untuk setiap pengiriman selama dua pekan sekali, padahal biasanya penjualan garam ke luar daerah berkisar 5-7 ton untuk sekali kirim," katanya.
Ia mengatakan harga jual garam di luar daerah juga jauh lebih bagus karena harga garam di Probolinggo Rp700 per kilogram, sedangkan di luar daerah masih laku Rp1.500 per kilogram karena ada biaya angkut dan distribusi garam ke luar daerah seperti Kabupaten Jember dan Banyuwangi.
"Kami optimistis bisa meningkatkan produksi garam tahun depan dan mudah-mudahan cuaca juga mendukung proses pengeringan garam di Kabupaten Probolinggo," ujarnya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
"Tahun ini target produksi garam sebanyak 20 ribu ton dan tahun depan kami targetkan naik 10 persen menjadi 22 ribu ton," kata Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Probolinggo Dedy Isfandi melalui Kabid Perikanan Tangkap Wahid Noor Aziz di Probolinggo, Jumat.
Menurutnya target itu dipatok karena progres produksi garam di Kabupaten Probolinggo cukup baik dan realisasi hingga November 2018 sudah mencapai 23 ribu ton dan melebihi dari target produksi garam yang ditetapkan Pemkab Probolinggo sebesar 20 ribu ton.
"Kami berharap produksi garam ditingkatkan tahun depan dan cuaca juga mendukung, sehingga target sebesar 22 ribu ton garam bisa direalisasikan," tuturnya.
Untuk itu, lanjut dia, Dinas Perikanan Probolinggo akan melakukan sosialisasi dan pembinaan kepada petani garam dan menambah fasilitas penunjang peningkatan produksi garam di Kabupaten Probolinggo, sehingga dapat meningkatkan produktivitas garam petani.
"Kami akan menambah geoisolator bagi petambak garam yang membutuhkan, sehingga dengan sarana tersebut target yang ditetapkan Pemkab Probolinggo bisa tercapai," katanya.
Ia menjelaskan pihaknya juga akan memfasilitasi dan mengajak petani garam untuk menerapkan model rumah garam sistem on/off atau metode buka tutup garam jadi super (Katup Gadis) karena metode itu telah dinobatkan sebagai jawara inovasi teknologi tingkat Provinsi Jawa Timur.
"Tujuan dengan penerapan metode garam on/off agar menambah produksi garam di musim hujan karena biasanya petani berhenti memproduksi garam saat musim hujan. Memang hasil panennya tidak bisa semaksimal saat musim kemarau, namun petani bisa tetap produksi garam," ujarnya.
Sementara itu, petambak garam asal Desa Kalibuntu Kota Kraksaan Suparyono mengatakan permintaan garam dari luar daerah mengalami peningkatan karena masuknya musim ikan di sejumlah pesisir selatan, sehingga kebutuhan garam untuk pengasinan ikan juga tinggi.
"Peningkatam penjualan itu terjadi sejak awal Desember yang mencapai 8 ton untuk setiap pengiriman selama dua pekan sekali, padahal biasanya penjualan garam ke luar daerah berkisar 5-7 ton untuk sekali kirim," katanya.
Ia mengatakan harga jual garam di luar daerah juga jauh lebih bagus karena harga garam di Probolinggo Rp700 per kilogram, sedangkan di luar daerah masih laku Rp1.500 per kilogram karena ada biaya angkut dan distribusi garam ke luar daerah seperti Kabupaten Jember dan Banyuwangi.
"Kami optimistis bisa meningkatkan produksi garam tahun depan dan mudah-mudahan cuaca juga mendukung proses pengeringan garam di Kabupaten Probolinggo," ujarnya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018