Tulungagung (Antaranews Jatim) - Badan Urusan Logistik Subdivre Tulungagung mendapat jatah alokasi jagung impor sebanyak 30 ribu ton atau sekitar 50 persen dari total alokasi untuk Jawa Timur yang mencapai 60 ribu ton.
"Selain (Divre) Tulungagung, suplai jagung impor juga diberikan untuk Bulog Malang, Kediri dan Surabaya dengan alokasi masing-masing 10 ribu ton," kata Kepala Bulog Subdivre Tulungagung Khrisna Murtianto di Tulungagung, Sabtu.

Besarnya alokasi jagung impor untuk Bulog Subdivre Tulungagung dipengaruhi besarnya kebutuhan bahan baku untuk campuran pakan ternak unggas di wilayah tersebut.

Terutama untuk wilayah Kabupaten Blitar yang merupakan penghasil telor ayam terbesar di Indonesia.

"Kami mendapatkan alokasi sekitar 30 ribu ton dan itu harus habis dalam waktu satu bulan," ungkapnya.

Khrisna menjelaskan, jagung impor ini nantinya dijual kepada peternak seharga Rp4.000 per-kilogram dalam bentuk curah. Harga itu jauh lebih murah dibanding harga di pasaran saat ini yang sudah mencapai Rp5.500 per kilogram. 

Jagung asal Brazil itu tiba di Pelabuhan Teluk Lamong pada Rabu (12/12).

"Kami jualnya dalam bentuk curah, apabila peternak menginginkan kemasan nanti akan menambah biaya kemasan senilai Rp100 perkilogramnya," katanya.

Jagung ini nantinya langsung ditempatkan di gudang sewa milik Bulog di Romo Kalisari, Gresik. 

Saat ini, Bulog juga telah mengumumkan kepada para peternak yang membutuhkan jagung agar lekas mengajukan permohonan, sebab Bulog hanya akan mengambil jagung ke Gresik sesuai pesanan dari para peternak. 

Untuk bisa membeli jagung impor ini harus melalui kelompok tani dan tidak perorangan. Selain itu, harus ada surat pernyataan tidak akan memperjualbelikan jagung impor itu, sebab dikhawatirkan ada tengkulak yang akan memanfaatkan jagung impor itu.

"Yang dikhawatirkan jika ada tengkulak, melihat harga jagung impor memang jauh lebih murah dari harga pasar saat ini. Jadi, jangan sampai tengkulak mengambil untung dari ini," ujarnya.

Khrisna mengakui selama ini sulit untuk melakukan serapan jagung dari para petani di wilayahnya, karena harga pembelian pemerintah yang ditetapkan hanya Rp3.150 per kilogram. Sedangkan harga di tingkat petani saat ini berkisar Rp3.300-Rp3.600 per kilogram.

Dari data Bulog Subdivre Tulungagung, di tahun 2017 untuk stok jagung di gudang sebanyak 10 ribu ton. Stok bertambah 3 ribu ton pada tahun 2018, namun semua stok habis pada April 2018. 

“Dan kami sempat meminjam jagung ke perusahaan pakan, sebanyak 2.500 ton, dan itu sudah habis sejak bulan Oktober. Nanti, pinjaman itu akan diganti setelah jagung impor masuk ke gudang bulog," katanya. (*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018