Surabaya (Antara) - Pakar Statistik dari kampus Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya Drs Kresnayana Yahya MSc mengingatkan ancaman terbesar bagi bangsa Indonesia adalah pengangguran.

"Kita menghadapi tahun 2019 dengan masalah yang selalu sama, yaitu pertambahan jumlah penduduk dan kesempatan kerja yang sulit," katanya di sela kegiatan "Merajut Kasih Membangun Asa" yang digelar Forum Komunikasi Asosiasi Pengusaha (Forkas) Jawa Timur di Surabaya, Senin.

Dalam kegiatan itu Forkas Jatim memberi pinjaman sebanyak 30 unit mesin pengrajin rotan untuk pelaku usaha mikro, kecil, menengah (UMKM), serta 40 mesin jahit `highspeed` untuk penjahit difabel di wilayah Jawa Timur.

Kresna mengapresiasi Forkas Jawa Timur yang telah memberi bantuan peralatan kerja tersebut, mengingat lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) sampai sekarang masih banyak yang nganggur.

Dia mengungkapkan lulusan perguruan tinggi pun masih banyak yang nganggur. "Dari 4,5 juta lulusan perguruan tinggi per tahun, yang terserap lapangan kerja hanya sekitar 2 juta orang saja," ujarnya.

Belum lagi, Kresna menandaskan, terdapat banyak masyarakat berkebutuhan khusus, yang di Jawa Timur jumlahnya mencapai 400 ribu orang dan pastinya tidak mudah mendapatkan pekerjaan.

"Kalau ada pelatihan kerja bagi masyarakat berkebutuhan khusus tentunya merupakan anugerah buat mereka," katanya.

Untuk itu dia mendorong Forkas harus peduli dengan memberi banyak pelatihan kerja terhadap masyarakat berkebutuhan khusus.

Forkas, lanjut dia, juga harus banyak memberi pelatihan kerja terhadap lulusan SMA. "Kalau ada kesempatan magang bagi para remaja lulusan SMA, nantinya akan mempermudah mereka untuk transfer ke dunia kerja," tuturnya.

Di sisi lain, Kresna yang juga konsultan bisnis, mendorong seluruh perusahaan di Indonesia juga harus siap menyongsong era Industri 4.0, yang mengedepankan sistem komputerisasi dan pertukaran data terkini.

"Kalau tidak siap menyongsong Industri 4.0, seandainya nanti banyak industri asing masuk dengan peralatan modern, kita cuma bisa tergagap," ucapnya.

Agar tidak tergagap, Kresna menyarankan perusahaan Indonesia untuk "sharing" investasi dengan perusahaan asing demi menyerap teknologinya.

Selain itu dia menekankan harus ada "Post Training" untuk mengantisipasi pekerja yang sudah tua yang kebanyakan gagap teknologi. "Alternatifnya adalah merekrut orang baru untuk tugas yang baru," ujarnya. (*)

Pewarta: Hanif Nashrullah

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018