Malang (Antaranews Jatim) - Pengembangan Desa Wisata Edelweiss di Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten Probolinggo oleh Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB-TNBTS), dinilai mampu mendorong perekonomian khususnya bagi masyarakat Tengger, Jawa Timur.
Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru John Kenedie mengatakan bahwa, Desa Wisata Edelweiss yang rencananya akan diresmikan pada 10 November 2018 tersebut, akan menjadi daya tarik bagi wisatawan dalam negeri maupun mancanegara saat berkunjung ke wilayah Gunung Bromo.
"Dari sisi ekonomi, masyarakat akan bisa memperoleh manfaat ekonomi dari wisatawan, melaui budidaya edelweiss di dua desa tersebut," kata John, di Kantor BB-TNBTS, Kota Malang, Selasa.
John menjelaskan, Desa Wisata Edelweiss tersebut akan ditetapkan melalui Peraturan Bupati. Setelah itu, akan diterbitkan peraturan dari Kepala Desa, yang mengatur tentang besaran tarif bagi wisatawan yang akan berkunjung di lokasi itu.
Dua Desa Wisata Edelweis tersebut adalah, Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan dengan luas lahan edelweis kurang lebih setengah hektare, dan Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur dengan luasan sebesar satu hektare.
Dua desa itu, mendapatkan bibit dari BB-TNBTS masing-masing sebanyak 5.600 bibit. Pengembangan Desa Wisata Edelweiss telah dilakukan sejak 2014 silam, dan baru rampung serta siap diresmikan pada 2018, melalui gelaran Festival Land of Edelweiss.
"Empat tahun untuk belajar, dan pada 2018 sudah fokus pada pengembangan konsep desa wisata," ujar John.
Dalam kesempatan itu, Kepala Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari, Ikhsan mengatakan bahwa pada kurun waktu sepuluh tahun terakhir, Desa Wonokitri masih mengandalkan produksi pertanian untuk sayur-sayuran. Namun, seiring berkembangnya sektor pariwisata, sudah banyak masyarakat yang terjun pada sektor tersebut.
"Kami sekarang banyak masuk dalam jasa wisata, seperti transportasi dan lainnya. Diharapkan, Desa Wisata Edelweiss tersebut akan memberikan manfaat kepada masyarakat Desa Wonokitri," ujar Ikhsan.
Bunga yang ditanam di Desa Wisata Edelweiss tersebut sudah masuk dalam kategori generasi kedua (F2), dan memiliki izin penangkaran dari Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Timur, dan nantinya akan dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
Edelweiss yang memiliki nama latin Anaphalis spp tersebut memiliki tiga jenis yang berbeda. Terdapat Anaphalis Visida, Anaphalis Longifolia, dan Anaphalis javanica yang telah ditetapkan sebagai tanaman yang dilindungi. Bunga tersebut banyak tumbuh di kawasan TNBTS dan di luar kawasan yang memiliki topografi serta kontur yang sesuai.
Dalam pengembangan Desa Wisata Edelweiss tersebut, BB-TNBTS mengakomodir dua peluang lain di luar sektor ekonomi yakni konservasi edelweiss di luar habitat aslinya, dan mempertahankan budaya lokal masyarakat Tengger dalam melaksanakan upacara adat.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018