Tulungagung (Antaranews Jatim) - Sebanyak tiga orang mantan pecandu narkoba yang terlibat dalam pembuatan film berjudul Tiga Langkah yang Tertunda mengaku puas dengan karya sinema yang mereka produksi dengan tema perang melawan narkoba tersebut.
Charles Phillippe (37), sutradara sekaligus pemeran utama film Tiga Langkah yang Tertunda, di Tulungagung, Jatim, Minggu, mengatakan, karya sinematografi itu secara khusus diproduksi oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) sebagai bagian kampanye antinarkoba.
"Adegan tersebut dibuat semirip mungkin dan para pemainnya bukanlah orang lain. Melainkan para mantan pecandu, termasuk melibatkan seorang bandar yang sudah menjadi tahanan kepolisian," kata Phillippe.
Selain Charles, dua mantan pecandu yang terlibat dalam pembuatan film antinarkoba itu adalah Desi Miradani dan Andriani Yuningsih.
Dua nama yang disebut terakhir ini merupakan pasangan sahabat yang mulai mengenal narkoba sejak bangku SMK di Jakarta. Semua merupakan alumni Balai Besar Rehabilitasi Lido di Bogor.
Di tempat itu pula mereka dipertemukan. Bahkan, Charles juga menikahi Desi Miradani saat masa karantina di balai rehabilitasi itu.
Charles mengaku memiliki bekal dalam dunia film, karena ketika rehabilitasi ikut serta dalam pelatihan broadcasting.
Menurut Charles, salah satu yang menjadi kesulitan dalam film itu, yakni pandangan negatif masyarakat. Banyak yang mengira film itu justru mengajak narkoba, padahal film karyanya untuk memerangi narkoba.
Dampaknya, Charles pun sempat dicap sebagai artis narkoba oleh beberapa tetangganya.
Namun, dia berusaha tegar. Bahkan mendatangi langsung orang yang mengecap dirinya artis narkoba. "Saya datangi dan saya berikan penjelasan. Alhamdulillah, mereka akhirnya bisa mengerti," ujarnya.
Charles Phillippe merupakan mantan pecandu narkoba jenis putau sejak bangku SMP. Cerita dia, dulu pernah mengalami overdosis di tempat parkir sekolah. Beruntung nyawanya masih bisa tertolong.
Charles Philippe pun sempat dipenjara tiga kali, sebelum akhirnya masuk rehabilitasi dan dinyatakan sembuh pada 2015.
Ia mengaku, rehabilitasi yang dijalaninya jauh berbeda dengan sekarang. Sebab ketika zamannya, rehabilitasi belum dikelola pihak berwenang, dalam hal ini BNN.
Semua masih swasta. Metode penyembuhan pun berbeda. Lebih dominan fisik. "Sempat kaki dirantai, dimandikan pukul 12 malam, dipukuli," tutur Charles yang kini tinggal di kawasan Kecamatan Ngantru, Tulungagung.
Lama menjadi pecandu, membuat Charles bosan. Hidupnya tidak pernah ada kemajuan. Dia juga sudah merasa lelah. Sejak saat itu, mulai rehabilitasi serius, termasuk ikut rehabilitasi yang dikelola BNN.
"Saya merasa baik dengan adanya rehabilitasi BNN. Sebab tak hanya dalam masa rehab, tapi juga pascarehab. BNN sudah seperti rumah kedua," ujarnya.
Terakhir Charles, Desi Miradani dan Andriani Yuningsih berharap melalui film Tiga Langkah yang Tertunda itu menginspirasi lebih banyak warga untuk mencegah dan memerangi narkoba dalam bentuk apapun. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
Charles Phillippe (37), sutradara sekaligus pemeran utama film Tiga Langkah yang Tertunda, di Tulungagung, Jatim, Minggu, mengatakan, karya sinematografi itu secara khusus diproduksi oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) sebagai bagian kampanye antinarkoba.
"Adegan tersebut dibuat semirip mungkin dan para pemainnya bukanlah orang lain. Melainkan para mantan pecandu, termasuk melibatkan seorang bandar yang sudah menjadi tahanan kepolisian," kata Phillippe.
Selain Charles, dua mantan pecandu yang terlibat dalam pembuatan film antinarkoba itu adalah Desi Miradani dan Andriani Yuningsih.
Dua nama yang disebut terakhir ini merupakan pasangan sahabat yang mulai mengenal narkoba sejak bangku SMK di Jakarta. Semua merupakan alumni Balai Besar Rehabilitasi Lido di Bogor.
Di tempat itu pula mereka dipertemukan. Bahkan, Charles juga menikahi Desi Miradani saat masa karantina di balai rehabilitasi itu.
Charles mengaku memiliki bekal dalam dunia film, karena ketika rehabilitasi ikut serta dalam pelatihan broadcasting.
Menurut Charles, salah satu yang menjadi kesulitan dalam film itu, yakni pandangan negatif masyarakat. Banyak yang mengira film itu justru mengajak narkoba, padahal film karyanya untuk memerangi narkoba.
Dampaknya, Charles pun sempat dicap sebagai artis narkoba oleh beberapa tetangganya.
Namun, dia berusaha tegar. Bahkan mendatangi langsung orang yang mengecap dirinya artis narkoba. "Saya datangi dan saya berikan penjelasan. Alhamdulillah, mereka akhirnya bisa mengerti," ujarnya.
Charles Phillippe merupakan mantan pecandu narkoba jenis putau sejak bangku SMP. Cerita dia, dulu pernah mengalami overdosis di tempat parkir sekolah. Beruntung nyawanya masih bisa tertolong.
Charles Philippe pun sempat dipenjara tiga kali, sebelum akhirnya masuk rehabilitasi dan dinyatakan sembuh pada 2015.
Ia mengaku, rehabilitasi yang dijalaninya jauh berbeda dengan sekarang. Sebab ketika zamannya, rehabilitasi belum dikelola pihak berwenang, dalam hal ini BNN.
Semua masih swasta. Metode penyembuhan pun berbeda. Lebih dominan fisik. "Sempat kaki dirantai, dimandikan pukul 12 malam, dipukuli," tutur Charles yang kini tinggal di kawasan Kecamatan Ngantru, Tulungagung.
Lama menjadi pecandu, membuat Charles bosan. Hidupnya tidak pernah ada kemajuan. Dia juga sudah merasa lelah. Sejak saat itu, mulai rehabilitasi serius, termasuk ikut rehabilitasi yang dikelola BNN.
"Saya merasa baik dengan adanya rehabilitasi BNN. Sebab tak hanya dalam masa rehab, tapi juga pascarehab. BNN sudah seperti rumah kedua," ujarnya.
Terakhir Charles, Desi Miradani dan Andriani Yuningsih berharap melalui film Tiga Langkah yang Tertunda itu menginspirasi lebih banyak warga untuk mencegah dan memerangi narkoba dalam bentuk apapun. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018