Bojonegoro (Antaranews Jatim) - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro, Jawa Timur, meminta bantuan bibit tanaman 10.000 pohon yang akan ditanam sebagai usaha mengurangi peningkatan suhu kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLH).
"Kami hari ini membuat surat yang berisi permintaan bantuan bibit tanaman untuk disampaikan kepada Direktoral Jenderal Konservasi SDA dan Ekosistem KLH," kata Kepala DLH Bojonegoro Nurul Azizah, di Bojonegoro, Senin.
Di dalam surat itu, disebutkan bahwa sehubungan dengan musim kemarau panjang dan didukung hasil pengukuran suhu udara yang dilakukan DLH dengan "thermo higro" diperoleh suhu udara kisaran 37-41 derajat celsius pada 12 Nopember.
Pengukuran suhu udara dilakukan di Desa Mojodelik, Kecamatan Gayam, di sekitar lapangan migas Blok Cepu, dengan hasil 41 derajat celsius, kelembaban 17 "relative mumidity" (RH), pada pukul 13.25 WIB.
Selain itu pengukuran suhu udara yang dilakukan di kota dengan hasil 39,6 derajat celsius, pada pukul 13.30 WIB dengan kelembaban udara 30 RH.
"Kondisi yang ada menunjukkan kekeringan. Sekarang ini ada sejumlah desa di beberapa kecamatan yang mengalami kekeringan sehingga membutuhkan droping air," katanya menjelaskan.
Masih di dalam surat itu juga disebutkan bahwa menginggat Bojonegoro saat ini dalam eksploitasi migas yang mampu menjadi penyumbang 20 persen kebutuhan minyak nasional dari Lapangan Banyu Urip Blok Cepu dengan jumlah rata-rata 217 ribu barel per hari.
"Dampak peningkatan suhu karena keberadaan eksploitasi migas juga berkurangnya tanaman hutan," kata dia menjelaskan.
Oleh karena itu, katanya, solusi pengelolaan lingkungan hidup mohon bantuan bibit tanaman sebanyak 10.000 untuk dipergunakan sebagai penambah tanaman.
"Kami juga minta kepada pihak operator migas untuk ikut berperan dalam penanaman pohon," kata dia menegaskan.
Ia menambahkan pertambahan jumlah penduduk juga mempengaruhi peningkatan suhu karena adanya peningkatan volume sampah berpengaruh pada gas metan, selain itu AC dan kulkas milik masyarakat yang juga ikut menyumbangkan panas.
Pelaksana Tugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro Nadif Ulfia, menambahkan, di daerahnya masuk musim hujan pada dasarian I-III Nopember. Hal itu berdasarkan prakiraan Badan meteologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Karangploso, Malang.
"Akhir September hingga awal Oktober merupakan peralihatn dari kemarau ke musim hujan. Diharapkan masyarakat selalu berhati-hati adanya perubahan cuaca yang tidak menentu seperti angin kencang, perubahan suhu, dan hujan lokal," ucapnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
"Kami hari ini membuat surat yang berisi permintaan bantuan bibit tanaman untuk disampaikan kepada Direktoral Jenderal Konservasi SDA dan Ekosistem KLH," kata Kepala DLH Bojonegoro Nurul Azizah, di Bojonegoro, Senin.
Di dalam surat itu, disebutkan bahwa sehubungan dengan musim kemarau panjang dan didukung hasil pengukuran suhu udara yang dilakukan DLH dengan "thermo higro" diperoleh suhu udara kisaran 37-41 derajat celsius pada 12 Nopember.
Pengukuran suhu udara dilakukan di Desa Mojodelik, Kecamatan Gayam, di sekitar lapangan migas Blok Cepu, dengan hasil 41 derajat celsius, kelembaban 17 "relative mumidity" (RH), pada pukul 13.25 WIB.
Selain itu pengukuran suhu udara yang dilakukan di kota dengan hasil 39,6 derajat celsius, pada pukul 13.30 WIB dengan kelembaban udara 30 RH.
"Kondisi yang ada menunjukkan kekeringan. Sekarang ini ada sejumlah desa di beberapa kecamatan yang mengalami kekeringan sehingga membutuhkan droping air," katanya menjelaskan.
Masih di dalam surat itu juga disebutkan bahwa menginggat Bojonegoro saat ini dalam eksploitasi migas yang mampu menjadi penyumbang 20 persen kebutuhan minyak nasional dari Lapangan Banyu Urip Blok Cepu dengan jumlah rata-rata 217 ribu barel per hari.
"Dampak peningkatan suhu karena keberadaan eksploitasi migas juga berkurangnya tanaman hutan," kata dia menjelaskan.
Oleh karena itu, katanya, solusi pengelolaan lingkungan hidup mohon bantuan bibit tanaman sebanyak 10.000 untuk dipergunakan sebagai penambah tanaman.
"Kami juga minta kepada pihak operator migas untuk ikut berperan dalam penanaman pohon," kata dia menegaskan.
Ia menambahkan pertambahan jumlah penduduk juga mempengaruhi peningkatan suhu karena adanya peningkatan volume sampah berpengaruh pada gas metan, selain itu AC dan kulkas milik masyarakat yang juga ikut menyumbangkan panas.
Pelaksana Tugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro Nadif Ulfia, menambahkan, di daerahnya masuk musim hujan pada dasarian I-III Nopember. Hal itu berdasarkan prakiraan Badan meteologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Karangploso, Malang.
"Akhir September hingga awal Oktober merupakan peralihatn dari kemarau ke musim hujan. Diharapkan masyarakat selalu berhati-hati adanya perubahan cuaca yang tidak menentu seperti angin kencang, perubahan suhu, dan hujan lokal," ucapnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018