Kediri (Antaranews Jatim) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa Kota Kediri, Jawa Timur, mengalami inflasi inflasi sebesar 0,20 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 128,17 dibanding dengan IHK Agustus 2018 sebesar 127,91 pada September 2018.

"Inflasi Kota Kediri pada September 2018 dipengaruhi oleh kenaikan dan penurunan indeks harga konsumen dari beberapa kelompok pengeluaran," kata Kepala BPS Kota Kediri Ellyn T Brahmana di Kediri, Kamis.

Ia mengungkapkan, kelompok itu antara lain bahan makanan yang turun sebesar 0,86 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau naik sebesar 0,69 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar naik sebesar 0,05 persen.

Selain itu, ada kelompok sandang naik sebesar 0,21 persen, kelompok kesehatan turun sebesar 0,06 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga naik sebesar 3,00 persen, kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan relatif stabil.

Pihaknya menambahkan, untuk inflasi di September 2018 ini, komoditas yang memberikan sumbangan terbesar terhadap inflasi di Kota Kediri adalah biaya sekolah SMA, biaya perguruan tinggi, beras, rokok kretek filter, kue basah, bandeng, kelapa, jeruk, pisang dan rokok kretek.

"Juga terdapat komoditas yang memberikan tekanan terbesar terhadap inflasi di Kota Kediri antara lain ketimun, telur ayam ras, semangka, cabai merah, wortel, tahu mentah, kacang panjang, bawang merah, tomat sayur dan daging ayam ras," katanya. Ia juga menambahkan, inflasi yang terjadi pada September 2018 tersebut justru berbanding terbalik dengan pemantauan di Agustus 2018, dimana Kota Kediri justru mengalami deflasi sebesar 0,10 persen. Dari delapan kota penimbang indeks harga konsumen (IHK) di Jawa Timur, enam di antaranya mengalami deflasi dengan deflasi tertinggi di Probolinggo sebesar 0,35 persen. Malang dan Surabaya mengalami inflasi masing-masing sebesar 0,05 persen dan 0,23 persen.

Pihaknya mengakui, untuk evaluasi terhadap penilaian inflasi atau deflasi baru bisa dilakukan selama satu bulan keseluruhan. BPS juga tidak bisa hanya mengira-ngira, melainkan dengan data pasti yang sudah masuk ke kantor. Data itu diolah lalu menjadi evaluasi, apakah terjadi inflasi atau deflasi.

Sedangkan, di September 2018 ini, dari delapan kota penimbang IHK di Jawa Timur, tiga di antaranya mengalami inflasi dengan inflasi tertinggi di Kediri sebesar 0,20 persen, Surabaya 0,15 persen dan Sumenep 0,02 persen.

Untuk kota lainnya mengalami deflasi, dimana yang tertinggi terjadi di Banyuwangi sebesar 0,49 persen, Probolinggo 0,32 persen, Malang 0,31 persen, Madiun 0,12 persen, dan Jember 0,05 persen. (*)

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018