Lamongan (Antaranews Jatim) - Menteri BUMN Rini Soemarno mendorong Kabupaten Lamongan, Jawa Timur untuk memperluas kawasan tanaman melon yang ada di  Desa Sendangharjo, Kecamatan Brondong, sehingga mengangkat perekonomian kawasan setempat yang sebelumnya dikenal kering.

"Tentunya kedatangan saya ke sini mengapresiasi panennya tanaman melon yang sebelumnya dibantu oleh BRI melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR). Saya berharap bisa diperbesar, untuk bisa memberikan tambahan pendapatan bagi masyarakat di sini," kata Rini di Lamongan, Kamis.

Rini yang ditemui usai panen bersama petani dan masyarakat di Desa Sendangharjo mengatakan, perluasan tanaman melon dilakukan dengan pembuatan "Green House" bagi budi daya melon di Sendangharjo. 

"Kami juga akan dorong beberapa BUMN untuk membuat Green house di sini, yang nantinya akan menjadi prototype bagi pengembangan kawasan budi daya melon," katanya.

Fungsi Green House mengurangi serangan hama pada melon, sebab selama ini jika tanaman melon terserang hama seluruh tanaman tidak akan bisa menghasilkan.

Rini mengaku mengapresiasi berhasilnya budi daya melon yang dilakukan seorang petani bernama Qomaruzzaman (Qomar), sebab meski Tuna Daksa karena memiliki keterbatasan di tangannya, dia sukses membudidayakan melon.

"Saya senang melihat keberhasilan petani di Sendangharjo. Ini seperti harapan Presiden Joko Widodo, agar petani bisa menjadi lebih baik," katanya.

Ia mengatakan, juga akan mendorong petani melalui Badan usaha Milik Desa (BUMDes) yang akan diberdayakan lewat mitra BUMDes Nusantara.

"BUMDes ini nantinya akan didorong untuk membuat berbagai unit usaha, termasuk untuk membeli produk dari petani. Sebab, selama ini produk petani kita sudah bagus. Tapi kesulitan untuk mendapatkan harga yang bagus," katanya.

Bupati Lamongan Fadeli mengatakan saat ini seluruh desa di Lamongan sudah memiliki BUMDes, dan dari 462 BUMDes, 45 di antaranya dikategorikan maju karena sudah memiliki lebih dari tiga unit usaha. 

Kemudian 221 BUMDes masuk kategori berkembang karena memiliki dua unit usaha dan 196 sisanya perintis karena baru didirikan.

"Penyertaan modal di BUMDes juga cukup tinggi. Sebab, tahun 2015 baru sebesar Rp504 juta, kemudian naik menjadi Rp6 miliar pada 2016, Rp6,5 miliar pada 2017 dan menjadi Rp 12,4 pada 2018," kata Fadeli.*


 

Pewarta: A Malik Ibrahim

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018