Surabaya (Antaranews Jatim) - Kepala SMKN 1 Surabaya Bahrun diduga menampar tiga siswanya, yang menjadi korban di antaranya merupakan siswa inklusi di sekolah setempat, Rabu.
Orang tua siswa SMKN 1 Surabaya M Rayhan Alifian, Budi Sugiharto mengatakan dia menerima telepon dari anaknya bahwa telah ditampar oleh kepala sekolah hingga kacamatanya terlepas tanpa alasan yang jelas.
"Anak saya itu inklusi, saya minta kepala sekolah ini untuk mundur karena kasihan anak-anak ini. Tidak pantas lah kepala sekolah berbuat kasar. Jadi saya mohon pak Bahrun untuk keikhlasanya mundur," katanya.
Selain Rayhan, dua siswa lain yakni Mochammad Zulfikarnaen dan Zidan juga ditampar dan dijambak.
"Anak saya baru kali ini mengalami. Saya khawatir anak trauma tidak mau sekolah makanya minta kepala sekolahnya mundur," ucapnya.
Salah satu siswa yang menjadi korban Mochammad Zulfikarnaen mengungkapkan kejadian ini terjadi ketika ia dan teman-temannya selesai mengerjakan ujian. Karena ujian tertulis pelajaran pendidikan Jasmasi?
"Separuh anak memang keluar sebelum jam berakhir, jadinya saya mau minta maaf waktu kepala sekolah teriak negur. Malah tangan saya dipukul dua kali sambil diteriaki bahasa jawa disuruh masuk kelas," katanya.
Namun, pihaknya belum memikirkan langkah selanjutnya apakah mau membawa ke ranah hukum atau tidak.
Siswa yang juga ketua kelas XI Multimedia 2 ini mengatakan selain mendapat perlakuan kekerasan, kepala sekolah juga melontarkan kata-kata teguran dalam bahasa jawa.
"Dimaki dalam bahasa kasar, jadi kepala sekolah bilang jawaban kayak gini kok 'keminter' (sok pintar). Dadi anakku ya tak 'kaplok' (pukul)," ujarnya
Sementara itu, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMKN 1 Surabaya Asslamet meminta maaf atas kejadian itu. Dia menegaskan kejadian itu baru pertama kali terjadi.
"Kami menerapkan sistem disiplin kasih sayang. Sekeras apapun penyampaian ucapan tetap kita sayang karena merupakan amanah dari orang tua. Saya yakin ini khilaf," katanya.
Kepala sekolah Bahrun sendiri saat sedang rapat. Diungakapkan Asslamet, Bahrun sempat mengatakan bahwa ada orang tua siswa yang mau hadir.
"Anaknya memang baik. Kalau orang tua khawatir trauma, saya yakin tidak akan trauma mulai besok," ucapnya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
Orang tua siswa SMKN 1 Surabaya M Rayhan Alifian, Budi Sugiharto mengatakan dia menerima telepon dari anaknya bahwa telah ditampar oleh kepala sekolah hingga kacamatanya terlepas tanpa alasan yang jelas.
"Anak saya itu inklusi, saya minta kepala sekolah ini untuk mundur karena kasihan anak-anak ini. Tidak pantas lah kepala sekolah berbuat kasar. Jadi saya mohon pak Bahrun untuk keikhlasanya mundur," katanya.
Selain Rayhan, dua siswa lain yakni Mochammad Zulfikarnaen dan Zidan juga ditampar dan dijambak.
"Anak saya baru kali ini mengalami. Saya khawatir anak trauma tidak mau sekolah makanya minta kepala sekolahnya mundur," ucapnya.
Salah satu siswa yang menjadi korban Mochammad Zulfikarnaen mengungkapkan kejadian ini terjadi ketika ia dan teman-temannya selesai mengerjakan ujian. Karena ujian tertulis pelajaran pendidikan Jasmasi?
"Separuh anak memang keluar sebelum jam berakhir, jadinya saya mau minta maaf waktu kepala sekolah teriak negur. Malah tangan saya dipukul dua kali sambil diteriaki bahasa jawa disuruh masuk kelas," katanya.
Namun, pihaknya belum memikirkan langkah selanjutnya apakah mau membawa ke ranah hukum atau tidak.
Siswa yang juga ketua kelas XI Multimedia 2 ini mengatakan selain mendapat perlakuan kekerasan, kepala sekolah juga melontarkan kata-kata teguran dalam bahasa jawa.
"Dimaki dalam bahasa kasar, jadi kepala sekolah bilang jawaban kayak gini kok 'keminter' (sok pintar). Dadi anakku ya tak 'kaplok' (pukul)," ujarnya
Sementara itu, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMKN 1 Surabaya Asslamet meminta maaf atas kejadian itu. Dia menegaskan kejadian itu baru pertama kali terjadi.
"Kami menerapkan sistem disiplin kasih sayang. Sekeras apapun penyampaian ucapan tetap kita sayang karena merupakan amanah dari orang tua. Saya yakin ini khilaf," katanya.
Kepala sekolah Bahrun sendiri saat sedang rapat. Diungakapkan Asslamet, Bahrun sempat mengatakan bahwa ada orang tua siswa yang mau hadir.
"Anaknya memang baik. Kalau orang tua khawatir trauma, saya yakin tidak akan trauma mulai besok," ucapnya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018