Malang (Antaranews Jatim) - Program rutin Learning Express (LEx) International Relation Office (IRO) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang menggandeng mahasiswa Singapore Polytechnic  (SP) membuat mesin pencetak peralatan dapur berbahan kayu, yakni telenan, dengan cara dan metode yang lebih efesien.
      
Menurut Koordinator LEX UMM, Aditya Pratama di Malang, Kamis, untuk merancang cara efesien mesin pembuatan peralatan dapur bagi UMKM di Desa Junrejo, Kota Batu, ini lebih banyak mengedepankan cara berpikir yang menghasilkan solusi bersama (Design Thinking) karena kerja ini merupakan kerja kelompok.
      
"Dengan menggunakan metode Design Thinking ini, LEx tampil berbeda dengan program layanan masyarakat lainnya, yakni peserta memakai metode design thinking dalam diskusi mereka," kata Aditya.
      
Berangkat dari ide bersama untuk merancang sekaligus membuat produk yang mudah dibuat, simpel, murah dan tahan lama, salah satu kelompok Learning Express UMM, Wooden Kitchen, mendapat perhatian dari pemilik usaha pembuatan alat-alat dapur di Desa Junrejo, Batu.
      
Prototipe yang diciptakan 18 orang mahasiswa gabungan dari Singapore Polytechnic dan UMM tersebut, diapresiasi Syaiful (pemilik usaha peralatan dapur dari kayu) dengan produk "telenan"-nya (alas untuk mengiris bumbu-bumbuan atau bahan pangan lainnya).
      
Dengan mengutamakan keselamatan pekerja, kelompok ini membuat sebuah prototipe alat yang lebih efisien untuk membuat produk alat-alat dapur. Mereka mendesain sebuah rangkaian mesin pencetak peralatan dapur yang dilengkapi dengan penutup transparan.
      
Alat tersebut dapat bekerja lebih efisien dan nyaman untuk para pekerja karena para pekerja tidak perlu memakai masker dan alat keamanan lainnya untuk menghindari serpihan kayu dari sayatan saat membentuk peralatan dapur.
      
Selain itu, demi menjaga kinerja yang sistematis kelompok ini juga mendesain tempat kerja yang lebih terorganisasi mengingat saat ini tempat kerja tersebut berbeda-beda. Misalnya tempat pemotongan menuju pengeringan kayu membutuhkan waktu sekitar 10 menit perjalanan.
      
Peserta LEx ini juga tidak setengah-setengah dalam membantu para pengusaha tersebut. Mereka juga membuatkan pasar untuk Syaiful di sosial media seperti Instagram dan Website. "Ini sangat membantu Pak Syaiful dalam memasarkan produknya," ujar Aditya.
      
Melalui laman udrizky.neocities.org dan  instagram udrizky1, yang merupakan nama putri Syaiful, mereka berharap akan semakin banyak yang kenal serta membeli produk ini. Benar saja, pucuk dicinta ulam tiba. Hanya dalam waktu tiga hari, Syaiful berhasil mendapat oderan sekitar 100 buah telenan untuk dikirim ke Jakarta.
      
"Kami berharap bisnis ini akan meningkat dan sukses kedepannya," kata salah seorang mahasiswa Singapore Polytechnic, Yan Heng.
      
Untuk menyempurnakan pengabdiannya, kelompok ini membuat excel sheet untuk memudahkan Syaiful dalam mengelola keuangan usaha miliknya. Mereka juga mengajarkan bagaimana cara mengoperasikan sekaligus membuatkan buku panduan cara mengoprasikan excel sheet tersebut.
      
"Karena kami dari fakultas yang berbeda, ini memudahkan kami dalam mengembangkan ide tersebut. Ada yang dari bisnis, kami membuat excel sheet, ada yang dari teknik kami membuat protipe-nya. Kami satukan ide tersebut dalam satu kerangka pikir dan akhirnya melahirkan sebuah usaha yang lebih tertib keadministrasiannya dan efesien dalam menghasilkan produknya," kata Kieran, mahasiswa Singapore Polytechnic lainnya.(*)

Pewarta: Endang Sukarelawati

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018