Surabaya (Antaranews Jatim) - Ratusan warga menggelar demonstrasi di gedung DPRD Surabaya, Jumat, menolak perubahan nama Jalan Gunungsari dan Jalan Dinoyo yang akan disahkan oleh DPRD Surabaya pada Sabtu (11/8).
     
"Sebetulnya kita ini adalah penerus perjuangan para pahlawan. Tapi atas adanya perubahan nama jalan ini cukup memalukan," kata salah seorang mantan Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP) Marbai saat orasi di gedung DPRD Surabaya.    
     
Mereka yang melakukan demonstrasi adalah Paguyupan Mastrib Jawa Timur, Gerakan Peduli Rakyat Suroboyo (GPRS), Komunitas Bambu Runcing Surabaya dan komunitas lainnya. 
     
Menurut dia, pihaknya menyayangkan sikap DPRD Surabaya yang tidak mengakomodir warga yang menolak adanya perubahan nama Jalan Dinoyo menjadi Sunda dan Jalan Gunungsari menjadi Siliwangi.
     
Padahal, lanjut dia, jalan tersebut memiliki sejarah yang melekat di kalangan warga Surabaya sejak dahulu. Bahkan pada1980, pernah muncul wacana penggantian nama jalan Gunung Sari, namun akhirnya juga gagal. 
     
"Apakah bapak-bapak dewan tidak memikirkan jerih payah perjuangan para pahlawan dahulu. Kami minta DPRD Surabaya tidak mengesahkan perubahan nama jalan itu," ujarnya.
     
Setelah melakukan orasi, mereka akhirnya ditemui mantan Ketua Pansus Perubahan Nama Jalan DPRD Surabaya Fatchul Muid. Pada kesempatan itu, Muid mengatakan harapan dan aspirasi warga akan disampaikan di rapat paripurna.
     
"Ada 11 anggota pansus yang setuju dan satu anggota pansus yakni saya sendiri yang menolak. Besok pada saat rapat paripurna akan saya sampaikan aspirasi warga agar perubahan nama jalan tidak disahkan," ujarnya.
     
Muid sendiri sebelumnya mengaku mundur dari posisinya sebagai Ketua Panitia Khusus Perubahan Nama Jalan Gunungsari dan Dinoyo karena banyaknya tekanan dari internal pansus maupun ekternal.
     
"Mereka beragumentasi perubahan jalan untuk NKRI. Selalu bilang seperti itu, sementara banyak masyarakat yang menolak perubahan nama jalan tersebut," ujarnya.
     
Diketahui penamaan dua jalan tersebut digagas dan diresmikan oleh Gubernur Jawa Timur Soekarwo, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan HB X dan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan dalam acara rekonsiliasi budaya antara Sunda dan Jawa dengan tema "Harmoni Budaya Sunda Jawa" di Surabaya pada Selasa (6/3).
     
Gubernur Jawa Timur Soekarwo menyampaikan pergantian nama jalan menandai rekonsiliasi antara Provinsi Jawa Timur dan Jawa Barat sekaligus mengakhiri 661 tahun "perselisihan" antaretnis Sunda dan Jawa.
     
"Melalui ini, permasalahan antara etnis Jawa dan Sunda yang terjadi pascatragedi Pasunda Bubat yang terjadi pada tahun 1357 Masehi selesai hari ini," ujarnya. (*)
Video Oleh Abdul Hakim
 

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018