Surabaya (Antaranews Jatim) - PT Molindo Raya Industrial (MRI), salah satu perusahaan ethanol berbahan limbah pabrik gula, molasses, kian menguatkan komitmennya untuk menjadi perusahaan yang ramah lingkungan dengan mendapatkan penghargaan sebagai industri terbaik juara nomor dua dalam ajang "Indonesia Green Company Award 2018" dari Majalah Swa.

Arief Goenadibrata selaku Direktur Utama MRI melalui keterangan tertulisnya, Kamis mengatakan, berbagai upaya termasuk pemanfaatan limbah sisa produksi juga terus diinovasikan guna mencapai "zero waste" atau nol limbah.

"Komitmen MRI sebagai produsen ethanol yang menguasai 53 persen pasar domestik ini pun mulai mendapatkan apresiasi dari berbagai pihak, seperti penghargaan dari Majalah Swa," ujarnya.

Ia mengemukakan, penilaian dari Majalah Swa meliputi komitmen pimpinan, pelaksanaan, program berkelanjutan, dan hasil atau dampak konkret, kelebihan konsep ramah lingkungan MRI yakni memproduksi ethanol dari limbah pabrik gula.

"Lalu juga mengolah limbah menjadi pupuk kalium organik yang kemudian kembali digunakan di lahan tebu," ucapnya.

Ia mengatakan, perusahaan yang kini berusia 53 tahun  yang berlokasi di Lawang Malang Jatim itu kini juga berkomitmen untuk menjadi "green manufacturer".

"Di satu sisi kami tingkatkan efisiensi material dan energi pada proses produksi. Di sisi lain kami juga mengupayakan untuk meminimalkan kerusakan lingkungan mendekati titik nol," katanya.

Dalam hal pengelolaan limbah, kata dia, MRI juga cukup serius, di mana tahun 2009 lalu, perusahaan yang kini menghasilkan ethanol 80 juta liter pertahun itu membuat green house seluas tiga hektar. Disini dilakukan pengeringan limbah secara alami yang kemudian dicampur dengan berbagai bahan  untuk dijadikan pupuk organik.

"Dari pupuk yang dihasilkan, kami juga kerja sama dengan Petrokimia Gresik untuk penyaluran pupuk petroganik ke petani tebu. Jadi dari petani ke petani lagi. Ada juga limbah yang bisa dipakai untuk pakan ternak yang sekarang sudah dicoba di beberapa desa binaan di Salatiga, Jawa Tengah," katanya.

Ia menjelaskan, merasa belum cukup dengan pengelolaan limbah yang sudah terlaksana, MRI memutuskan untuk meningkatkan tantangan di sisi pengelolaan limbah, yaitu pengelolaan limbah vinase cair.

Menurutnya, Limbah vinase cair yang dihasilkan MRI ke depan akan diolah menjadi sumber energi listrik dengan mesin boiler vinase dari teknologi India. Proses pembangunan boiler vinase tengah berlangsung dan ditargetkan akan  beroperasi pada awal 2019

"Listrik dari hasil vinase boiler ini mampu menghasilkan 56 ton uap yang akan dikonversi menjadi 4,9 MW listrik. Dimana akan lebih dari cukup untuk untuk memenuhi kebutuhan operasional pabrik yang saat ini sekitar 4,5 MW," katanya.

Ia menyatakan, upaya mengelola lingkungan di MRI merupakan sesuatu yang menantang dan harus sungguh-sungguh, teliti, dan berkomitmen.

"Kami harus mengucurkan dana ratusan miliar hanya untuk mengelola limbah. Namun demikian MRI tidak akan berhenti untuk menjadi perusahaan yang ramah lingkungan. Kami terus melakukan monitoring serta melanjutkan pengembangan teknologi baru untuk lebih meningkatkan efisiensi proses," ujarnya.

Kepala Bidang Teknologi Informasi, Energi, dan Material Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Prof Eniya Listiani Dewi menyampaikan bahwa dari sisi lingkungan, konsep nilai tambah dan manajemen bahan baku Molindo sudah baik.
 
"Molindo sudah melakukan efisiensi dan menempatkan boiler baru yang bisa menggantikan seluruh kebutuhan energi di tempatnya," katanya.(*)

Pewarta: Indra Setiawan

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018