Surabaya (Antaranews Jatim) -  Komunitas Nol Sampah mengajak warga Kota Surabaya melakukan diet plastik atau menggunakan kantong berbahan plastik dalam peringatan Hari Bebas Kantong Plastik se-Dunia yang jatuh pada 3 Juli 2018.
     
"Kami menolak kantong plastik dan menggunakan tas yang bisa dipakai berulangkali merupakan satu cara bijak untuk diet kantong plastik," kata Ketua Komunitas Nol Sampah Wawan Some saat menggelar aksi  bersih sampah kantong plastik di hutan mangrove Wonorejo, Rungkut, Pantai Timur Surabaya, Selasa.
     
Menurut dia, saat uji coba pemakaian kantong plastik oleh retail modern selama ini di Kota Surabaya diketahui telah berkurang 60 persen. 
     
Untuk itu, lanjut dia, pihaknya berharap Pemerintah Kota Surabaya segera mengeluarkan peraturan terkait larangan atau pembatasan pemakaian kantong plastik di retail.
     
Selain itu, lanjut dia, kantong plastik mengancam kehidupan di Hutan Mangrove Wonorejo yang merupakan kawasan konservasi dan merupakan daerah penting bagi burung yang merupakan tempat persinggahan burung migran. 
     
Sampah kantong plastik yang terdampar di hutan mangrove Wonorejo terbukti membunuh ribuan anak mangrove yang baru ditanam atau tumbuh secara alami. 
     
"Sampah plastik terbawa arus dan gelombang sehingga melilit anak pohon mangrove," katanya.  
     
Jika lilitan plastik tersebut tidak dibersihkan, lanjut dia, maka anak pohon mangrove tersebut akan mati. Sampah plastik termasuk kantong plastik yang terurai ratusan tahun akan terperangkap di akar napas/akar lutut/akar tunjang vegetasi mangrove dan ini menutupi akar yang memiliki fungsi mengambil oksigen.
     
"Sampah kantong plastik juga dapat mengancam kehidupan biota lainnya di Hutan Mangrove Wonorejo," katanya.   
     
Wawan mengatakan sampah plastik tersebut bukan tidak mungkin disantap oleh ikan, burung, monyet ekor panjang atau biota lainnya. Beberapa fakta menyebutkan 90 persen dari burung laut terbukti memakan sampah plastik. 
     
Kantong plastik setelah bertahun-tahun hancur menjadi mikroplastik juga dapat dimakan oleh ikan dan biota lainnya.  Ukuran mikroplastik bisa sama dengan plankton dan ikan tidak bisa membedakan mikroplastik dengan plankton. 
     
"Ini tentunya dapat mengancam kehidupan biota tersebut karena ada kandungan dalam plastik dapat mempengaruhi sistem hormonal biota-biota tersebut. Beberapa fakta menyebutkan jutaan biota mati karena menelan atau terjerat sampah plastik," katanya.
     
Satu penelitian yang dipimpin Jenna Jambeck dari Universitas Georgia, Amerika Serikat memperkirakan 4,8–12,7 juta ton sampah plastik masuk ke lautan di seluruh dunia. Indonesia menjadi peringkat kedua negara penyumbang sampah plastik terbesar di dunia yaitu 3,2 juta ton. (*)

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018