Bojonegoro (Antaranews Jatim) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro, Jawa Timur, belum menerima permohonan permintaan air bersih dari warga yang daerahnya rawan kekeringan mengalami kesulitan air bersih pada musim kemarau.
"Sampai hari ini tidak ada warga yang mengajukan permohonan meminta pasokan air bersih," kata Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Bojonegoro MZ. Budi Mulyono, di Bojonegoro, Senin.
Menurut dia, faktor belum ada warga yang mengajukan permintaan air bersih, padahal daerahnya rawan kekeringan pada musim kemarau, karena hujan turun dalam beberapa hari terakhir.
"Faktor utamanya ya hujan turun dalam beberapa hari terakhir, sehingga daerah yang rawan kekeringan masih dengan mudah memperoleh air bersih," ujarnya.
Bahkan, ia mewaspadai adanya ancaman banjir bandang, seperti yang melanda Banyuwangi sekarang ini juga terjadi banjir bandang.
"Kewaspadaan BPBD tidak hanya kekeringan, tapi juga termasuk ancaman banjir bandang," katanya menegaskan.
Meski demikian, pihaknya juga sudah menyediakan berbagai kebutuhan untuk memasok air bersih di daerah yang rawan mengalami kekeringan.
"Posko BPBD di Kecamatan Temayang, juga kecamatan lainnya juga akan ikut memasok air bersih, sebab di posko tersedia satu unit mobil tangki pemasok air," ucapnya menegaskan.
Yang jelas, lanjut dia, BPBD mengacu kesulitan air bersih yang pernah terjadi di daerahnya pada musim kemarau tahun lalu.
"Sesuai prakiraan cuaca tahun ini masuk kemarau basah," ucapnya.
Sesuai data pada 2017 setidaknya sebanyak 8.656 kepala keluarga (KK) dengan jumlah 29.478 jiwa yang mengalami kekeringan.
Jumlah ini tersebar di 54 dusun di 26 desa yang tersebar di 10 kecamatan yaitu Kecamatan Ngraho, Kepohbaru, Tambakrejo, Sugihwaras, Sukosewu, Purwosari, Sumberrejo, Temayang, Ngambon dan Kasiman.
"Penanganan kekeringan dilakukan dengan melibatkan dinas sosial, perusahaan migas, juga sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM) untuk melakukan droping air bersih," ucapnya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
"Sampai hari ini tidak ada warga yang mengajukan permohonan meminta pasokan air bersih," kata Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Bojonegoro MZ. Budi Mulyono, di Bojonegoro, Senin.
Menurut dia, faktor belum ada warga yang mengajukan permintaan air bersih, padahal daerahnya rawan kekeringan pada musim kemarau, karena hujan turun dalam beberapa hari terakhir.
"Faktor utamanya ya hujan turun dalam beberapa hari terakhir, sehingga daerah yang rawan kekeringan masih dengan mudah memperoleh air bersih," ujarnya.
Bahkan, ia mewaspadai adanya ancaman banjir bandang, seperti yang melanda Banyuwangi sekarang ini juga terjadi banjir bandang.
"Kewaspadaan BPBD tidak hanya kekeringan, tapi juga termasuk ancaman banjir bandang," katanya menegaskan.
Meski demikian, pihaknya juga sudah menyediakan berbagai kebutuhan untuk memasok air bersih di daerah yang rawan mengalami kekeringan.
"Posko BPBD di Kecamatan Temayang, juga kecamatan lainnya juga akan ikut memasok air bersih, sebab di posko tersedia satu unit mobil tangki pemasok air," ucapnya menegaskan.
Yang jelas, lanjut dia, BPBD mengacu kesulitan air bersih yang pernah terjadi di daerahnya pada musim kemarau tahun lalu.
"Sesuai prakiraan cuaca tahun ini masuk kemarau basah," ucapnya.
Sesuai data pada 2017 setidaknya sebanyak 8.656 kepala keluarga (KK) dengan jumlah 29.478 jiwa yang mengalami kekeringan.
Jumlah ini tersebar di 54 dusun di 26 desa yang tersebar di 10 kecamatan yaitu Kecamatan Ngraho, Kepohbaru, Tambakrejo, Sugihwaras, Sukosewu, Purwosari, Sumberrejo, Temayang, Ngambon dan Kasiman.
"Penanganan kekeringan dilakukan dengan melibatkan dinas sosial, perusahaan migas, juga sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM) untuk melakukan droping air bersih," ucapnya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018