Jombang (Antaranews Jatim) - Pengurus Pondok Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur membantah telah terikat dengan partai, menyusul adanya foto antara pengasuh pondok KH Salahuddin Wahid (Gus Solah) dengan Abdul Hadi Wijaya yang merupakan Sekretaris Umum DPW PKS Jawa Barat.
Sekretaris Pesantren Tebuireng Kabupaten Jombang Abdul Ghofar mengemukakan, pertemuan antara Gus Solah dengan Abdul Hadi Wijaya tersebut bukan berarti pesantren terikat dengan partai, melainkan dalam kegiatan temu keluarga dan halalbihalal keluarga Besar KH M Hasyim Asy`ari.
"Kegiatan yang menjadi latar belakang foto tersebut murni diselenggarakan sebagai agenda dua tahunan dan telah berlangsung puluhan tahun, untuk menjaga tali silaturahmi antarkeluarga dari keturunan KH M Hasyim Asy`ari yang telah menyebar ke berbagai daerah dan latar belakang profesi," katanya, dalam rilis yang diterima, Minggu.
Pihaknya menyesalkan adanya foto yang beredar dan tidak sesuai dengan fakta aslinya tersebut.
Foto itu memang diambil ketika Abdul Hadi Wijaya bersama Gus Solah, dalam acara yang berlangsung pada Sabtu (16/6), tapi hanya dalam rangkaian acara keluarga.
Foto-foto serupa, kata dia, juga diambil oleh berbagai keluarga yang hadir dalam majelis temu keluarga dan halalbihalal tersebut, terutama keluarga yang selama ini tinggal jauh dari Pesantren Tebuireng sebagai kenang-kenangan yang bersifat pribadi.
Terkait kasus beredar foto Gus Solah dengan Abdul Hadi Wijaya yang dibingkai dalam narasi dukungan dan/atau keberpihakan terhadap partai tertentu dan/atau calon kepala daerah tertentu di Provinsi Jawa Barat, pihaknya sangat menyayangkan.
"Kami sangat menyayangkan dan menegaskan bahwa hal itu tidak sepatutnya dilakukan, mengingat dokumentasi foto tersebut adalah dokumen yang bersifat pribadi dan keluarga," ujarnya.
Pihaknya menambahkan, Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang masih tetap berkomitmen menjaga nilai-nilai persaudaraan antarsesama muslim (ukhuwah Islamiyah) dan sesama warga bangsa (ukhuwah wathaniyah) tanpa terikat dengan partai apa pun.
"Kami juga senantiasa menjaga nilai-nilai keikhlasan, kejujuran, kerja keras, tanggung jawab dan tasamuh (toleransi) dalam setiap gerakan dan ikhtiar perjuangan," kata dia pula. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
Sekretaris Pesantren Tebuireng Kabupaten Jombang Abdul Ghofar mengemukakan, pertemuan antara Gus Solah dengan Abdul Hadi Wijaya tersebut bukan berarti pesantren terikat dengan partai, melainkan dalam kegiatan temu keluarga dan halalbihalal keluarga Besar KH M Hasyim Asy`ari.
"Kegiatan yang menjadi latar belakang foto tersebut murni diselenggarakan sebagai agenda dua tahunan dan telah berlangsung puluhan tahun, untuk menjaga tali silaturahmi antarkeluarga dari keturunan KH M Hasyim Asy`ari yang telah menyebar ke berbagai daerah dan latar belakang profesi," katanya, dalam rilis yang diterima, Minggu.
Pihaknya menyesalkan adanya foto yang beredar dan tidak sesuai dengan fakta aslinya tersebut.
Foto itu memang diambil ketika Abdul Hadi Wijaya bersama Gus Solah, dalam acara yang berlangsung pada Sabtu (16/6), tapi hanya dalam rangkaian acara keluarga.
Foto-foto serupa, kata dia, juga diambil oleh berbagai keluarga yang hadir dalam majelis temu keluarga dan halalbihalal tersebut, terutama keluarga yang selama ini tinggal jauh dari Pesantren Tebuireng sebagai kenang-kenangan yang bersifat pribadi.
Terkait kasus beredar foto Gus Solah dengan Abdul Hadi Wijaya yang dibingkai dalam narasi dukungan dan/atau keberpihakan terhadap partai tertentu dan/atau calon kepala daerah tertentu di Provinsi Jawa Barat, pihaknya sangat menyayangkan.
"Kami sangat menyayangkan dan menegaskan bahwa hal itu tidak sepatutnya dilakukan, mengingat dokumentasi foto tersebut adalah dokumen yang bersifat pribadi dan keluarga," ujarnya.
Pihaknya menambahkan, Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang masih tetap berkomitmen menjaga nilai-nilai persaudaraan antarsesama muslim (ukhuwah Islamiyah) dan sesama warga bangsa (ukhuwah wathaniyah) tanpa terikat dengan partai apa pun.
"Kami juga senantiasa menjaga nilai-nilai keikhlasan, kejujuran, kerja keras, tanggung jawab dan tasamuh (toleransi) dalam setiap gerakan dan ikhtiar perjuangan," kata dia pula. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018