Kediri (Antaranews Jatim) - Pejabat Sementara Wali Kota Kediri Jumadi mengapresiasi terjadinya deflasi pada Mei 2018 sebesar 0,17 persen, yang menunjukkan daya beli masyarakat yang terjangkau, padahal untuk daerah lainnya justru terjadi inflasi.

"Tentunya ini capaian yang membanggakan karena dari delapan kota se-Jawa Timur, Kota Kediri menjadi satu-satunya yang mengalami deflasi," katanya di Kediri, Jatim, Sabtu.

Ia menambahkan, deflasi tersebut tentunya harus dijaga. Dirinya berharap kerja sama tersebut dapat terus ditingkatkan dengan mengurangi budaya konsumtif.

"Saya berharap kerja sama ini dapat terus dijaga dan tingkatkan dengan mengurangi budaya konsumtif dan menggiatkan sikap gemar menabung, serta memanfaatkan keuangan untuk kegiatan ekonomi kreatif, sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kota Kediri," kata dia.

Pada Mei 2018, Kota Kediri memang mengalami deflasi 0,17 persen dengan indeks harga konsumen (IHK) sebesar 127,37 dibanding dengan IHK April 2018 sebesar 127,59.

Hal itu berbanding terbalik di April 2018 yang mengalami inflasi sebesar 0,14 persen dengan IHK sebesar 127,59 dibanding dengan IHK Maret 2018 sebesar 127,41.

Beberapa yang menyebabkan terjadi deflasi itu karena ada beberapa komoditas yang memberikan tekanan besar terhadap deflasi di Kota Kediri, pada Mei 2018, yakni telur ayam raas, daging ayam ras, tahu mentah, mentimun, kangkung, lele, bawang merah, gula pasir, sawi hijau, hingga semangka.

Terdapat pula komoditas yang memberikan sumbangan besar pada delfasi, yakni beras, bawang putih, cabai merah, bayam, nangka muda, nila, cabai, rawit, wortel, kembang kol, dan ikan asin belah.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Kediri Ellyn T Brahmana mengatakan beras memang memberikan sumbangan deflasi. Salah satunya, karena pasokan yang masih melimpah setelah panen raya.

"Disamping pasokan beras yang cukup ditambah dengan panen raya, juga jarang terjadi hujan sehingga hasil panen bagus," kata Ellyn.

Di Jatim, terdapat delapan kota penimbang laju inflasi. Pada Mei 2018, inflasi tertinggi terjadi di Sumenep sebesar 0,30 persen, Malang 0,29 persen, Jember 0,25 persen, Surabaya 0,17 persen, Banyuwangi 0,13 persen, Madiun 0,12 persen, Probolinggo 0,09 persen dan Kediri -0,17 persen. (*)

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018