Surabaya (Antaranews Jatim) - Rektor Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Prof Mohammad Nasih menyatakan mahasiswa Kedokteran di kampusnya tidak sempat mengikuti ataupun mendalami kegiatan radikalisme seperti yang dikatakan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) beberapa waktu lalu.

"Terkait kesimpulan dari BNPT, kami berterima kasih karena ini juga sebagai `warning`. Kami juga akan lebih berterima kasih kalau memang informasi itu bisa lebih detail, `by name by adress`, jadi bisa dilakukan pembinaan," kata Nasih di Surabaya, Senin.

Nasih mengatakan, baik Unair dan BNPT punya misi yang sama, yaitu menjauhkan Indonesia dari terorisme, dari aksi yang brutal, dan aksi tidak berperikemanusiaan.

Namun ia juga meminta informasi yang jelas. Sebab jika tidak, Unair tidak bisa melakukan tindakan yang jelas dan akan kontra produktif.

Dia menegaskan, pihak kampus hanya mengajar mahasiswa sesuai bidang studinya. Selain itu, dalam seminggu, mahasiswa memiliki beban kuliah sebanyak 15 jam atau paling lama lima jam dalam sehari. Selama itu, kegiatan di kampus terstruktur dalam pengawasan Unair.

"Apalagi dikatakan FK (Fakultas Kedokteran) terlibat terorisme. Menurut saya malah mereka tidak sempat. Mereka banyak materi dan praktik yang harus dituntaskan," ujar Nasih, menegaskan.

Unair juga tidak bisa memantau aktivitas mahasiswa terutama jika sudah lepas dari jam kuliah. Hal itu karena model perguruan tinggi bukan asrama yang terpantau 24 jam. Untuk itu, aktivitas di luar kampus tidak bisa dipantau dan kontrol sepenuhnya.

"Kalau generalisasi perguruan tinggi karena ada oknum yang radikal saya rasa tidak adil. Masalah personal, tidak secara langsung berkaitan di perguruan tinggi, karena waktu mereka sangat terbatas di kampus," ucapnya.

Pewarta: Willy Irawan

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018