Surabaya (Antaranews Jatim) - Komisi D Bidang Kesra dan Pendidikan DPRD Kota Surabaya bersama Karang Taruna dan elemen masyarakat ikut mengawal program tak ada (zero) anak putus sekolah di Kota Pahlawan.
Anggota Komisi D DPRD Surabaya Reni Astuti, di Surabaya, Senin, mengatakan pihaknya bersama Karang Taruna dan elemen masyarakat terus menggali informasi anak putus sekolah di Surabaya.
"Kami menargetkan anak putus sekolah yang berusia kurang dari 18 tahun bisa kembali meneruskan pendidikan di lembaga pendidikan formal maupun non formal berupa Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)," katanya.
Menurut dia, pihaknya dibantu Karang Taruna berhasil menemukan anak putus sekolah dengan inisial SQPA (10 tahun) Warga RT 10/RW 5 Krukah Selatan, Kelurahan Ngagel Rejo, Kecamatan Wonokromo, Surabaya.
Anak tersebut, lanjut dia, kemudian didaftarkan oleh Reni dan Karang taruna sekolah kembali ke SDN Ngagel Rejo III/398, Jalan Bratang Wetan I, Kecamatan Wonokromo, Surabaya pada Rabu (23/5).
Sekadar diketahui, SQPA yang merupakan putri dari pasangan suami istri (Pasutri) Asep Agus Afrian dan Cixra Heffi Widhi Santoso sebelumnya sempat bersekolah di SDN 392, Jalan Bungurasih Barat 156, Waru Sidoarjo. Sejak naik dari kelas II ke III, SQPA tidak kembali meneruskan sekolah.
Pada saat mengantarkan anak tersebut ke sekolah, Reni mendapat sambutan postifi dari Kepada kepala SDN Ngagel Rejo III, Sutrsino. Kepala sekolah tersebut menyatakan kesanggupan untuk menerima dan mendidik SQPA menguatkan program Zero Anak Putus Sekolah.
Selain itu, lanjut dia, SDN Ngagel Rejo III membuka kelas inklusi. Sempat ada 56 anak berkebutuhan khusus (ABK) yang dididik di lembaganya. Pada Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun ajaran 2018-2019 dibuka sejak 21-24 Mei 2018.
Sementara itu, Pemerintah Kota Surabaya memberi solusi terhadap anak-anak putus sekolah dengan mengembalikan mereka ke pendidikan formal dan non formal serta mengembangkan minat dan bakat anak.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sebelumnya mengatakan Pemkot akan menyisipkan beberapa kegiatan dalam upaya mengembangkan minat dan bakat anak, seperti mengarahkan mereka yang kreatif, dan memberikan bimbingan usaha bagi anak yang ingin berwirausaha melalui program pejuang muda.
"Yang ingin usaha nanti akan kami latih, dan nanti kalau usianya sudah 18 tahun, baru kami berikan modal," ujarnya.
Risma mengatakan bahwa esensi utama dari upaya Pemkot Surabaya kali ini adalah bagaimana bisa mengembalikan mereka ke sekolah, supaya mampu mengubah hidupnya ke arah yang lebih baik, karena orang hidup itu harus punya bekal, yakni pendidikan.
"Kami coba akan treatment lebih detail lagi, untuk mengetahui mereka tertarik di bidang apa, supaya dia langsung difokuskan kemana dan ke bisnis apa," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
Anggota Komisi D DPRD Surabaya Reni Astuti, di Surabaya, Senin, mengatakan pihaknya bersama Karang Taruna dan elemen masyarakat terus menggali informasi anak putus sekolah di Surabaya.
"Kami menargetkan anak putus sekolah yang berusia kurang dari 18 tahun bisa kembali meneruskan pendidikan di lembaga pendidikan formal maupun non formal berupa Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)," katanya.
Menurut dia, pihaknya dibantu Karang Taruna berhasil menemukan anak putus sekolah dengan inisial SQPA (10 tahun) Warga RT 10/RW 5 Krukah Selatan, Kelurahan Ngagel Rejo, Kecamatan Wonokromo, Surabaya.
Anak tersebut, lanjut dia, kemudian didaftarkan oleh Reni dan Karang taruna sekolah kembali ke SDN Ngagel Rejo III/398, Jalan Bratang Wetan I, Kecamatan Wonokromo, Surabaya pada Rabu (23/5).
Sekadar diketahui, SQPA yang merupakan putri dari pasangan suami istri (Pasutri) Asep Agus Afrian dan Cixra Heffi Widhi Santoso sebelumnya sempat bersekolah di SDN 392, Jalan Bungurasih Barat 156, Waru Sidoarjo. Sejak naik dari kelas II ke III, SQPA tidak kembali meneruskan sekolah.
Pada saat mengantarkan anak tersebut ke sekolah, Reni mendapat sambutan postifi dari Kepada kepala SDN Ngagel Rejo III, Sutrsino. Kepala sekolah tersebut menyatakan kesanggupan untuk menerima dan mendidik SQPA menguatkan program Zero Anak Putus Sekolah.
Selain itu, lanjut dia, SDN Ngagel Rejo III membuka kelas inklusi. Sempat ada 56 anak berkebutuhan khusus (ABK) yang dididik di lembaganya. Pada Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun ajaran 2018-2019 dibuka sejak 21-24 Mei 2018.
Sementara itu, Pemerintah Kota Surabaya memberi solusi terhadap anak-anak putus sekolah dengan mengembalikan mereka ke pendidikan formal dan non formal serta mengembangkan minat dan bakat anak.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sebelumnya mengatakan Pemkot akan menyisipkan beberapa kegiatan dalam upaya mengembangkan minat dan bakat anak, seperti mengarahkan mereka yang kreatif, dan memberikan bimbingan usaha bagi anak yang ingin berwirausaha melalui program pejuang muda.
"Yang ingin usaha nanti akan kami latih, dan nanti kalau usianya sudah 18 tahun, baru kami berikan modal," ujarnya.
Risma mengatakan bahwa esensi utama dari upaya Pemkot Surabaya kali ini adalah bagaimana bisa mengembalikan mereka ke sekolah, supaya mampu mengubah hidupnya ke arah yang lebih baik, karena orang hidup itu harus punya bekal, yakni pendidikan.
"Kami coba akan treatment lebih detail lagi, untuk mengetahui mereka tertarik di bidang apa, supaya dia langsung difokuskan kemana dan ke bisnis apa," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018