Jember (Antaranews Jatim) - Ribuan warga Kabupaten Jember dan Bondowoso, Jawa Timur yang berada di sekitar Pondok Pesantren (Ponpes) Mahfiludluror yang lokasinya terletak di perbatasan kedua kabupaten tersebut mulai menjalankan ibadah puasa sejak Selasa (15/5).
"Kami sudah melaksanakan ibadah shalat tarawih pada Senin (14/5) malam, sehingga santri di pondok pesantren dan warga sekitar pesantren sudah menjalankan ibadah puasa selama dua hari ini," kata Pengasuh Pesantren Mahfiludluror KH Ali Wafa saat dihubungi di Kabupaten Jember, Rabu.
Menurutnya penetapan awal puasa tersebut berdasarkan keyakinan yang menggunakan acuan sistem khumasi (dari bahasa Arab artinya lima/khomsatun), yang berdasarkan pada kitab Nazhatul Majalis, karangan Syeh Abdurrohman As Shufuri As Syafi`i.
"Sistem penghitungan khumasi yakni penentuan awal puasa tahun ini bisa ditentukan dengan cara menghitung lima hari dari awal puasa tahun sebelumnya. Awal Ramadhan tahun lalu jatuh pada hari Jumat, sehingga tahun ini awal puasa jatuh pada Selasa," katanya.
Ia menjelaskan kitab "Nazahatul Majalis" yang mengajarkan tentang motode tersebut sudah dipakai sejak pondok pesantren itu berdiri yakni tahun 1826, sehingga pelaksanaanya juga sudah dilakukan selama ratusan tahun.
"Santri dan semua alumni pesantren yang kini tersebar di berbagai daerah yang berjumlah ribuan orang itu juga masih mengikuti pedoman menjalankan ibadah puasa berdasarkan hitungan khumasi yang mengacu pada Kitab Nazhatul Majalis, karangan Syeh Abdurrahman As Shufuri As Syafi`i," tuturnya.
Ali mengatakan awal puasa untuk tahun 2019 juga sudah bisa ditentukan karena dihitung lima hari setelah hari pertama puasa tahun ini (Selasa), sehingga Ramadhan tahun depan jatuh pada hari Sabtu.
"Untuk Hari Raya Idul Fitri 1439 Hijriah jatuh pada 14 Juni 2018, sehingga kami berharap perbedaan tersebut dihargai umat muslim lainnya dan tidak perlu memicu konflik di kalangan umat Islam karena hal itu berdasarkan keyakinan masing-masing umat muslim," katanya.
Salah seorang alumni Pesantren Mahfiludluror Asmawi mengatakan banyak alumni pesantren setempat yang berpuasa sesuai dengan kitab Nazhatul Majalis, karangan Syeh Abdurrohman As Shufuri As Syafi`i.
"Tidak hanya di Jember dan Bondowoso, namun sebagian santri di Pulau Madura juga berpuasa sejak Selasa (15/5), namun perbedaan tersebut juga dihargai oleh masyarakat sekitar yang menjalankan ibadah puasa mulai Kamis (17/5)," katanya.
Sebelumnya, Kementerian Agama menetapkan awal puasa 1439 Hijriyah pada Kamis (17/5) setelah melakukan sidang isbat yang diikuti perwakilan ormas, ahli astronomi, tamu undangan, dan lainnya di Jakarta.
Sementara itu, Muhammadiyah telah terlebih dahulu menetapkan awal Ramadhan pada 17 Mei 2018 dan 1 Syawal 1439 H (Idul Fitri) jatuh pada hari Jumat, 15 Juni 2018.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
"Kami sudah melaksanakan ibadah shalat tarawih pada Senin (14/5) malam, sehingga santri di pondok pesantren dan warga sekitar pesantren sudah menjalankan ibadah puasa selama dua hari ini," kata Pengasuh Pesantren Mahfiludluror KH Ali Wafa saat dihubungi di Kabupaten Jember, Rabu.
Menurutnya penetapan awal puasa tersebut berdasarkan keyakinan yang menggunakan acuan sistem khumasi (dari bahasa Arab artinya lima/khomsatun), yang berdasarkan pada kitab Nazhatul Majalis, karangan Syeh Abdurrohman As Shufuri As Syafi`i.
"Sistem penghitungan khumasi yakni penentuan awal puasa tahun ini bisa ditentukan dengan cara menghitung lima hari dari awal puasa tahun sebelumnya. Awal Ramadhan tahun lalu jatuh pada hari Jumat, sehingga tahun ini awal puasa jatuh pada Selasa," katanya.
Ia menjelaskan kitab "Nazahatul Majalis" yang mengajarkan tentang motode tersebut sudah dipakai sejak pondok pesantren itu berdiri yakni tahun 1826, sehingga pelaksanaanya juga sudah dilakukan selama ratusan tahun.
"Santri dan semua alumni pesantren yang kini tersebar di berbagai daerah yang berjumlah ribuan orang itu juga masih mengikuti pedoman menjalankan ibadah puasa berdasarkan hitungan khumasi yang mengacu pada Kitab Nazhatul Majalis, karangan Syeh Abdurrahman As Shufuri As Syafi`i," tuturnya.
Ali mengatakan awal puasa untuk tahun 2019 juga sudah bisa ditentukan karena dihitung lima hari setelah hari pertama puasa tahun ini (Selasa), sehingga Ramadhan tahun depan jatuh pada hari Sabtu.
"Untuk Hari Raya Idul Fitri 1439 Hijriah jatuh pada 14 Juni 2018, sehingga kami berharap perbedaan tersebut dihargai umat muslim lainnya dan tidak perlu memicu konflik di kalangan umat Islam karena hal itu berdasarkan keyakinan masing-masing umat muslim," katanya.
Salah seorang alumni Pesantren Mahfiludluror Asmawi mengatakan banyak alumni pesantren setempat yang berpuasa sesuai dengan kitab Nazhatul Majalis, karangan Syeh Abdurrohman As Shufuri As Syafi`i.
"Tidak hanya di Jember dan Bondowoso, namun sebagian santri di Pulau Madura juga berpuasa sejak Selasa (15/5), namun perbedaan tersebut juga dihargai oleh masyarakat sekitar yang menjalankan ibadah puasa mulai Kamis (17/5)," katanya.
Sebelumnya, Kementerian Agama menetapkan awal puasa 1439 Hijriyah pada Kamis (17/5) setelah melakukan sidang isbat yang diikuti perwakilan ormas, ahli astronomi, tamu undangan, dan lainnya di Jakarta.
Sementara itu, Muhammadiyah telah terlebih dahulu menetapkan awal Ramadhan pada 17 Mei 2018 dan 1 Syawal 1439 H (Idul Fitri) jatuh pada hari Jumat, 15 Juni 2018.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018