Jember (Antaranews Jatim) - Sejumlah pakar membahas tentang peranan dan tantangan Indonesia di kawasan Indo-Pasifik dalam Forum Kajian Kebijakan Luar Negeri bertema "ASEAN dalam Konsep Indo-Pasifik: Tantanganya dan Peran Indonesia" di Gedung Rektorat Universitas Jember, Jawa Timur, Senin sore.

Pembicara yang hadir dalam kegiatan itu yakni Direktur Kerjasama Polkam ASEAN Kementerian Luar Negeri M. Chandra Widya Yudha, Ketua Bidang Hubungan Internasional CSIS Shafiah F. Muhibat, salah satu direktur the Habibie Center Rene L. Pattiradjawane, editor senior the Jakarta Post Endy M. Bayumi, dan Pusat Studi ASEAN C-RiSSH Unej Himawan Bayu Patriadi, Ph.D.

"Indonesia punya peranan untuk mendorong ASEAN memainkan perannya termasuk dalam pengembangan konsep kerja sama Indo-Pasifik, sehingga menambah pusat perekonomian baru di kawasan tersebut," kata Direktur Kerjasama Polkam ASEAN Kementerian Luar Negeri Chandra Widya Yudha di Kampus Unej.

Forum Kajian Kebijakan Luar Negeri itu digelar oleh Pusat Study ASEAN (Asean Study Center) C-RiSSH Universitas Jember bekerjasama dengan P3K2 Aspasaf Kementerian Luar Negeri RI yang dibuka oleh Wakil Rektor I Universitas Jember Dr Zulfikar dan Kepala Pusat Kajian Asia Pasifik Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan (BPPK) Kementerian Luar Negeri Dr Arifi Saiman.

Sementara Ketua Bidang Hubungan Internasional CSIS Shafiah F. Muhibat mengatakan Indo-Pasifik merupakan wawasan geopolitik, sehingga Indonesia juga harus menyesuaikan strategi baik dinamika politik maupun perekonomiannya.

"Indonesia juga harus merespon konsep Indo-Pasifik karena kawasan itu juga sangat penting, namun apakah kawasan itu dibentuk untuk membendung strategi kekuatan Tiongkok," ujarnya.

Terkait konsep Indo-Pasifik, para pembicara sepakat bahwa belum ada konsep final sehingga masih ada yang bisa diisi. Selain dimensinya "multiple", ekonomi, komersial dan militer itu juga terkait dimensi kepentingan masing-masing negara, terutama negara-negara besar di kawasan terutama Tiongkok dan Amerika Serikat.

Seminar tersebut juga mengidentifikasi peluang ASEAN dan Indonesia untuk mencari bentuk arsitektur kawasan Indo-Pasifik.

Sebelumnya Presiden Joko Widodo dalam pidatonya pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-32 ASEAN yang digelar di The Acacia Room, Hotel Shang-La, Singapura, pada 28 April 2018 menyampaikan pengembangan kerangka kerja sama Indo-Pasifik harus berdasarkan prinsip-prinsip terbuka, inklusif, transparan dan mengedepankan kerja sama serta persahabatan, namun tetap mengedepankan sentralitas ASEAN.

Presiden JUGA menggarisbawahi bahwa kerja sama maritim adalah kunci dalam pengembangan arsitektur kawasan Indo-Pasifik dan Indonesia memiliki komitmen kuat dalam meningkatkan kerja sama maritim baik melalui Asosiasi Kerja Sama Lingkar Samudra Hindia (IORA) maupun Konferensi Tingkat Tinggi Asia Timur (EAS).

Pewarta: Zumrotun Solichah

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018