Bojonegoro (Antaranews Jatim) - Kesenian Wayang Krucil di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, mendekati punah karena jumlah dalang hanya tersisa satu dalang, selain masyarakat lebih senang menanggap Wayang Kulit dan Wayang Thengul dibandingkan Wayang Krucil.
Kepala Bidang Budaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Bojonegoro Taufiq Amrullah, di Bojonegoro, Kamis, menjelaskan perkembangan kesenian Wayang Krucil, yang bentuknya wayang pipih dari kayu hanya tinggal satu dalang yaitu Mbah Sutidjah.
Meskipun perempuan, Mbah Sutidjah, yang usianya hampir 100 tahun bisa mendalang Wayang Krucil, khusus ditanggap masyarakat untuk ruwatan.
"Mbah Katidjah yang asalnya Desa Soko, Kecamatan Temayang, khusus mendalang untuk ruwatan. Tapai sekarang ruwatan juga bisa menanggap Wayang Thengul," ucap dia menjelaskan.
Selama ini, menurut dia, jumlah dayang Wayang Krucil tidak mengalami perkembangan bertambah, bahkan semakin tahun berkurang karena dalangnya meninggal dunia.
"Dalang Wayang Krucil tidak ada proses regenerasinya," ucapnya.
Namun, katanya, proses regenerasi dalang Wayang Kulit dan Wayang Thengul, berjalan sehingga jumlah dalang bertambah, untuk dalang Wayang Kulit 36 dalang dan Wayang Thengul 13 dalang, pada 2018.
Bahkan, lanjut dia, dalang Wayang Kulit yang ada di daerahnya sekarang ini ada yang belajar di pendidikan kesenian formal tidak belajar mendalang secara otodidak. Begitu pula juga ada dalang Wayang Thengul yang masih berusia 18 tahun.
"Dalang Wayang Thengul lebih laris ditanggap masyaraka dibandingkan dalang Wayang Kulit. Kalau ada masyarakat yang menanggap Wayang Kulit biasanya dalangnya dari luar daerah," ujarnya.
Yang jelas, lanjut dia, disbudpar terus meningkatkan kemampuan para dalang, seperti yang dilakukan beberapa waktu lalu dengan menggelar "workshop" dan pementasan 10 dalang Wayang Thengul di objek wisata Kayangan Api di Desa Sendangharjo, Kecamatan Ngasem.
"Pementasan bersama dalang Wayang Thengul akan menjadi agenda tahunan, sebagai usaha melestarikan kesenian Wayang Thengul agar tidak punah, juga meningkatkan kemampuan para dalang," ucapnya menambahkan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
Kepala Bidang Budaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Bojonegoro Taufiq Amrullah, di Bojonegoro, Kamis, menjelaskan perkembangan kesenian Wayang Krucil, yang bentuknya wayang pipih dari kayu hanya tinggal satu dalang yaitu Mbah Sutidjah.
Meskipun perempuan, Mbah Sutidjah, yang usianya hampir 100 tahun bisa mendalang Wayang Krucil, khusus ditanggap masyarakat untuk ruwatan.
"Mbah Katidjah yang asalnya Desa Soko, Kecamatan Temayang, khusus mendalang untuk ruwatan. Tapai sekarang ruwatan juga bisa menanggap Wayang Thengul," ucap dia menjelaskan.
Selama ini, menurut dia, jumlah dayang Wayang Krucil tidak mengalami perkembangan bertambah, bahkan semakin tahun berkurang karena dalangnya meninggal dunia.
"Dalang Wayang Krucil tidak ada proses regenerasinya," ucapnya.
Namun, katanya, proses regenerasi dalang Wayang Kulit dan Wayang Thengul, berjalan sehingga jumlah dalang bertambah, untuk dalang Wayang Kulit 36 dalang dan Wayang Thengul 13 dalang, pada 2018.
Bahkan, lanjut dia, dalang Wayang Kulit yang ada di daerahnya sekarang ini ada yang belajar di pendidikan kesenian formal tidak belajar mendalang secara otodidak. Begitu pula juga ada dalang Wayang Thengul yang masih berusia 18 tahun.
"Dalang Wayang Thengul lebih laris ditanggap masyaraka dibandingkan dalang Wayang Kulit. Kalau ada masyarakat yang menanggap Wayang Kulit biasanya dalangnya dari luar daerah," ujarnya.
Yang jelas, lanjut dia, disbudpar terus meningkatkan kemampuan para dalang, seperti yang dilakukan beberapa waktu lalu dengan menggelar "workshop" dan pementasan 10 dalang Wayang Thengul di objek wisata Kayangan Api di Desa Sendangharjo, Kecamatan Ngasem.
"Pementasan bersama dalang Wayang Thengul akan menjadi agenda tahunan, sebagai usaha melestarikan kesenian Wayang Thengul agar tidak punah, juga meningkatkan kemampuan para dalang," ucapnya menambahkan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018