Bangkalan (Antaranews Jatim) - KH Kholilurrahman atau cicit dari tokoh ulama Madura Syaichona Kholil, Bangkalan, Jawa Timur, Selasa (10/4) sekitar pukul 22.05 WIB meninggal dunia.
Almarhun meninggal dunia di Desa Banjar, Kecamatan Galis, Bangkalan, Madura.
"Memang benar `Ra Lilur` wafat," ujar Ketua Tanfidziah Nahdlatul Ulama (NU) Bangkalan KH Makki Nasir, Selasa malam.
Kediaman asli "Ra Lilur" sapaan karib KH Kholilurrahman ini di Kelurahan Demangan, Kota Bangkalan. Namun sejak lama, dia tinggal dan menetap di rumah pembantunya.
Ia juga pernah tinggal di sebuah rumah di Kecamatan Geger dan terakhir menetap di Desa Banjar.
Jenasah almarhum telah dibawa ke Pondok Pesantren Syaikhona Mohammad Kholil, Kelurahan Demangan, Kota Bangkalan untuk dishalatkan.
Jenazah mendiang akan dimakamkan di pemakaman keluarga Syaikhona Kholil Bangkalan, di Desa Martajasah, Rabu (11/4) siang.
Wafatnya "Ra Lilur" membuat umat Islam berduka, terutama warga Nahdliyin, yang ada di Kabupaten Bangkalan dan Jawa Timur pada umumnya.
Sementara, ribuan orang terlihat memenuhi Pondok Pesantren Shaichonan Mohammad Kholil di Kelurahan Demangan, Kecamatan Kota, Bangkalan.
KH Kholilurrahman dikenal berbeda dengan kebanyakan ulama Madura, karena yang bersangkutan tidak memperhatikan penampilan.
Namun, masyarakat dan sebagian ulama Madura meyakini, cicit Shaichona Kholil itu memiliki sikap berbeda, karena telah mencapai "maqom jadab", yakni suatu tahapan dalam dalam terminologi kaum sufi untuk mencapai tingkat karamah (keistimewaan) yang biasanya disebut wali. Ada juga sebagian ulama yang menyebutkan bahwa KH Kholilurrahman adalah wali.
Meski tergolong tokoh yang berpenambilan berbeda dengan masyarakat pada umumnya, namun "Ra Lilur" sering menjadi jujukan para politikus yang hendak mencalonkan menjadi pemimpin, seperti Abu Rizal Bakri, Lanyala Matalitti dan sejumlah tokoh publik lainnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
Almarhun meninggal dunia di Desa Banjar, Kecamatan Galis, Bangkalan, Madura.
"Memang benar `Ra Lilur` wafat," ujar Ketua Tanfidziah Nahdlatul Ulama (NU) Bangkalan KH Makki Nasir, Selasa malam.
Kediaman asli "Ra Lilur" sapaan karib KH Kholilurrahman ini di Kelurahan Demangan, Kota Bangkalan. Namun sejak lama, dia tinggal dan menetap di rumah pembantunya.
Ia juga pernah tinggal di sebuah rumah di Kecamatan Geger dan terakhir menetap di Desa Banjar.
Jenasah almarhum telah dibawa ke Pondok Pesantren Syaikhona Mohammad Kholil, Kelurahan Demangan, Kota Bangkalan untuk dishalatkan.
Jenazah mendiang akan dimakamkan di pemakaman keluarga Syaikhona Kholil Bangkalan, di Desa Martajasah, Rabu (11/4) siang.
Wafatnya "Ra Lilur" membuat umat Islam berduka, terutama warga Nahdliyin, yang ada di Kabupaten Bangkalan dan Jawa Timur pada umumnya.
Sementara, ribuan orang terlihat memenuhi Pondok Pesantren Shaichonan Mohammad Kholil di Kelurahan Demangan, Kecamatan Kota, Bangkalan.
KH Kholilurrahman dikenal berbeda dengan kebanyakan ulama Madura, karena yang bersangkutan tidak memperhatikan penampilan.
Namun, masyarakat dan sebagian ulama Madura meyakini, cicit Shaichona Kholil itu memiliki sikap berbeda, karena telah mencapai "maqom jadab", yakni suatu tahapan dalam dalam terminologi kaum sufi untuk mencapai tingkat karamah (keistimewaan) yang biasanya disebut wali. Ada juga sebagian ulama yang menyebutkan bahwa KH Kholilurrahman adalah wali.
Meski tergolong tokoh yang berpenambilan berbeda dengan masyarakat pada umumnya, namun "Ra Lilur" sering menjadi jujukan para politikus yang hendak mencalonkan menjadi pemimpin, seperti Abu Rizal Bakri, Lanyala Matalitti dan sejumlah tokoh publik lainnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018