Tulungagung (Antaranews Jatim) - Sejumlah pemuda yang tergabung dalam organisasi Karang Taruna Petir, Desa Ringinpitu, Tulungagung, Jawa Timur memproduksi aneka kerajinan tangan berbahan limbah kertas bernilai jual tinggi.
Uud Samsul Arifin, salah satu tokoh pemuda yang menjadi penggerak produksi kerajinan tangan berbahan limbah itu, Sabtu, mengatakan kegiatan itu sebenarnya telah digelutinya sejak lama.
Aktivitasnya yang mengundang ketertarikan sejumlah pemuda lain kemudian menginspirasi terbentuknya komunitas perajin aneka pernik hiasan berbahan limbah kertas.
"Awalnya saya ingin membagikan ilmu yang saya miliki kepada para pemuda sekitar rumah. Saya pikir, daripada mereka menghabiskan waktu nongkrong di warkop, lebih baik digunakan untuk hal yang produktif," kata Uud.
Gayung pun bersambut. Pelatihan dasar membuat kerajinan tangan berbahan limbah kertas itu rupanya digemari para muda-mudi setempat.
Mereka inilah yang kemudian, di bawah komando Uud, membentuk komunitas perajin aneka barang dan hiasan berbahan limbah kertas.
Satu per satu produk dihasilkan oleh sejumlah pegiat Karang Taruna Petir.
Ada yang berupa asbak berbentuk tengkorak, tangan, kura-kura hingga naga.
Semua dicat hitam, atau cenderung gelap. Menurut Uud, motif warna itu menjadi ciri khas produk kerajinan tangan mereka, karena pewarnaan sengaja menggunakan ampas kopi atai cethe.
"Kerajinan dari limbah kertas selain karena bahan yang mudah didapat, pembuatannya gampang dan nyaris tanpa modal," katanya.
Hasilnya, setelah digeluti serius kerajinan limbah kertas ini bisa mendatangkan keuntungan yang cukup lumayan.
Satu produk kerajinan berbentuk asbak motif paling sederhana bisa dijual sekitar Rp30 ribu.
Sedangkan untuk produk kerajinan yang lebih rumit seperti motif naga atau hewan, nilainya bisa melambung hingga Rp100 ribu per buah.
Semua tergantung besar kecil benda yang dipesan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
Uud Samsul Arifin, salah satu tokoh pemuda yang menjadi penggerak produksi kerajinan tangan berbahan limbah itu, Sabtu, mengatakan kegiatan itu sebenarnya telah digelutinya sejak lama.
Aktivitasnya yang mengundang ketertarikan sejumlah pemuda lain kemudian menginspirasi terbentuknya komunitas perajin aneka pernik hiasan berbahan limbah kertas.
"Awalnya saya ingin membagikan ilmu yang saya miliki kepada para pemuda sekitar rumah. Saya pikir, daripada mereka menghabiskan waktu nongkrong di warkop, lebih baik digunakan untuk hal yang produktif," kata Uud.
Gayung pun bersambut. Pelatihan dasar membuat kerajinan tangan berbahan limbah kertas itu rupanya digemari para muda-mudi setempat.
Mereka inilah yang kemudian, di bawah komando Uud, membentuk komunitas perajin aneka barang dan hiasan berbahan limbah kertas.
Satu per satu produk dihasilkan oleh sejumlah pegiat Karang Taruna Petir.
Ada yang berupa asbak berbentuk tengkorak, tangan, kura-kura hingga naga.
Semua dicat hitam, atau cenderung gelap. Menurut Uud, motif warna itu menjadi ciri khas produk kerajinan tangan mereka, karena pewarnaan sengaja menggunakan ampas kopi atai cethe.
"Kerajinan dari limbah kertas selain karena bahan yang mudah didapat, pembuatannya gampang dan nyaris tanpa modal," katanya.
Hasilnya, setelah digeluti serius kerajinan limbah kertas ini bisa mendatangkan keuntungan yang cukup lumayan.
Satu produk kerajinan berbentuk asbak motif paling sederhana bisa dijual sekitar Rp30 ribu.
Sedangkan untuk produk kerajinan yang lebih rumit seperti motif naga atau hewan, nilainya bisa melambung hingga Rp100 ribu per buah.
Semua tergantung besar kecil benda yang dipesan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018