Jember (Antaranews Jatim) - Dosen Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik dan Perencanaan Universitas Kristen Petra Gunawan Tanuwidjaja mengatakan pembangunan fasilitas publik harus memperhatikan kebutuhan kalangan disabilitas dan juga harus diperhatikan penentu kebijakan.
"Salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan mengembangkan desain partisipatif yang melibatkan langsung para difabel sejak awal perencanaan," katanya, dalam seminar tentang disabilitas, di Universitas Jember, Jawa Timur, Rabu.
Seminar bertema "Pelayanan Publik Berorientasi Pada Disabilitas, Perempuan, dan Lanjut Usia Sesuai Dengan UU Nomor 8 Tahun 2016 dan UU Nomor 23 Tahun 2014" dilaksanakan oleh Unit Pelayanan Teknis (UPT) Perpustakaan Universitas Jember di Gedung CDAST kampus setempat.
Dalam kegiatan itu, dua mahasiswa Universitas Jember diminta menutup mata dengan kain layaknya seorang tuna netra dan berjalan di lokasi seminar yang diadakan di lantai 4 Gedung CDAST.
Keduanya kemudian diminta menceritakan pengalamannya kepada para peserta yang hadir, termasuk bagaimana kesulitan yang harus dihadapi.
"Seharusnya desain dan pembangunan fasilitas publik dimulai dari kebutuhan para difabel, sehingga fasilitas publik yang ada benar-benar sesuai dengan kebutuhan mereka," katanya lagi.
Pakar desain inklusif itu, juga meminta penentu kebijakan melibatkan para difabel sejak awal, sehingga mereka menjadi subjek bukan hanya objek, sehingga mereka juga harus bekerjasama dengan kalangan disabilitas.
Gunawan juga memuji gedung CDAST Universitas Jember, menurutnya sudah ramah bagi para difabel.
Wakil Rektor III Unej Prof M Sulthon Masyud dalam sambutannya mengatakan fasilitas bangunan di Universitas Jember memang belum semuanya ramah bagi difabel, terutama bangunan lama.
"Kendala dana menjadi salah satu masalah karena pemerintah semenjak dua tahun lalu tidak lagi menganggarkan dana untuk pembangunan fisik, sehingga penambahan fasilitas bagi difabel pada bangunan lama belum bisa direalisasikan seluruhnya," katanya pula.
Menurutnya, bangunan yang akan dibangun sudah direncanakan ramah difabel, sehingga pihaknya meminta agar hasil rekomendasi dari seminar tersebut segera dilaporkan kepada pimpinan agar menjadi bahan masukan dalam menyusun kebijakan.
Mahasiswa Unej penyandang disabilitas Wiviano Rizky berharap Unej makin ramah bagi para difabel, karena ia mengaku kesulitan jika harus mengikuti kuliah di gedung bertingkat atau mencari buku di perpustakaan yang gedungnya tidak memiliki fasilitas lift.
"Begitu pula dengan media dan materi pembelajaran yang belum semuanya dapat diakses. Saya berharap kampus Tegalboto makin ramah bagi kalangan difabel," ujar mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia itu lagi.
Sebelumnya, pegiat pemberdayaan kalangan difabel Jember sekaligus guru di SLB Bintoro Jember Rahman Hadi memberikan testimoni mengenai perkembangan dan kondisi terakhir penyandang disabilitas di Jember.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
"Salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan mengembangkan desain partisipatif yang melibatkan langsung para difabel sejak awal perencanaan," katanya, dalam seminar tentang disabilitas, di Universitas Jember, Jawa Timur, Rabu.
Seminar bertema "Pelayanan Publik Berorientasi Pada Disabilitas, Perempuan, dan Lanjut Usia Sesuai Dengan UU Nomor 8 Tahun 2016 dan UU Nomor 23 Tahun 2014" dilaksanakan oleh Unit Pelayanan Teknis (UPT) Perpustakaan Universitas Jember di Gedung CDAST kampus setempat.
Dalam kegiatan itu, dua mahasiswa Universitas Jember diminta menutup mata dengan kain layaknya seorang tuna netra dan berjalan di lokasi seminar yang diadakan di lantai 4 Gedung CDAST.
Keduanya kemudian diminta menceritakan pengalamannya kepada para peserta yang hadir, termasuk bagaimana kesulitan yang harus dihadapi.
"Seharusnya desain dan pembangunan fasilitas publik dimulai dari kebutuhan para difabel, sehingga fasilitas publik yang ada benar-benar sesuai dengan kebutuhan mereka," katanya lagi.
Pakar desain inklusif itu, juga meminta penentu kebijakan melibatkan para difabel sejak awal, sehingga mereka menjadi subjek bukan hanya objek, sehingga mereka juga harus bekerjasama dengan kalangan disabilitas.
Gunawan juga memuji gedung CDAST Universitas Jember, menurutnya sudah ramah bagi para difabel.
Wakil Rektor III Unej Prof M Sulthon Masyud dalam sambutannya mengatakan fasilitas bangunan di Universitas Jember memang belum semuanya ramah bagi difabel, terutama bangunan lama.
"Kendala dana menjadi salah satu masalah karena pemerintah semenjak dua tahun lalu tidak lagi menganggarkan dana untuk pembangunan fisik, sehingga penambahan fasilitas bagi difabel pada bangunan lama belum bisa direalisasikan seluruhnya," katanya pula.
Menurutnya, bangunan yang akan dibangun sudah direncanakan ramah difabel, sehingga pihaknya meminta agar hasil rekomendasi dari seminar tersebut segera dilaporkan kepada pimpinan agar menjadi bahan masukan dalam menyusun kebijakan.
Mahasiswa Unej penyandang disabilitas Wiviano Rizky berharap Unej makin ramah bagi para difabel, karena ia mengaku kesulitan jika harus mengikuti kuliah di gedung bertingkat atau mencari buku di perpustakaan yang gedungnya tidak memiliki fasilitas lift.
"Begitu pula dengan media dan materi pembelajaran yang belum semuanya dapat diakses. Saya berharap kampus Tegalboto makin ramah bagi kalangan difabel," ujar mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia itu lagi.
Sebelumnya, pegiat pemberdayaan kalangan difabel Jember sekaligus guru di SLB Bintoro Jember Rahman Hadi memberikan testimoni mengenai perkembangan dan kondisi terakhir penyandang disabilitas di Jember.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018