Jember (Antaranews Jatim) - Komunitas Tanoker bersama International Labour Organization (ILO) menyusun modul pengasuhan terpadu guna mendukung pengasuhan jarak jauh untuk anak pekerja migran Indonesia atau TKI melalui forum grup diskusi yang digelar di Kabupaten Jember, Jawa Timur, Selasa.

"Sejauh ini Tanoker mengembangkan `collaborative parenting` bagi anak-anak dan keluarga buruh migran yang bertujuan membangun kepedulian sosial masyarakat, membangkitkan kearifan lokal gotong royong untuk menyelenggarakan pengasuhan lintas batas," kata Ketua Komunitas Tanoker Farha Ciciek di Jember.

Menurutnya, pendidikan pola asuh berbasis komunitas itu dilakukan melalui pendampingan anak, penyelenggaraan sekolah bok-ebok, sekolah pak-bapak, dan sekolah yang-eyang mendorong kehadiran negara dengan melakukan berbagai kegiatan advokasi dari tingkat desa, masyarakat, lembaga pendidikan dan desa peduli terhadap pekerja migran dan keluarganya.

"Keterlibatan semua pihak dalam pola asuh berbasis komunitas sudah berjalan dengan baik di Kecamatan Ledokombo seperti sekolah, guru ngaji, ormas, pemerintahan desa, dan pemerintahan kecamatan berpartisipasi untuk mendorong tumbuh kembangnya anak-anak buruh migran," tuturnya.

Kendati demikian, lanjut dia, ada satu hal yang seharusnya mendapat perhatian serius yakni hubungan antara anak dengan orang tuanya yang menjadi pekerja migran yang sedang bekerja di luar negeri.

Ia mengatakan Tanoker dan ILO akan mengembangkan modul untuk pendidikan "collaborative parenting" dengan membangun kesadaran bagi pekerja migran Indonesia, anggota keluarga, lingkungan masyarakat sekitar dan pemerintah lokal.

"Modul pendidikan itu diharapkan juga bisa mengoptimalkan peran orang tua yang menjadi buruh migran melalui komunikasi jarak jauh dengan memanfaatkan teknologi informasi yang semakin canggih," katanya.

Kegiatan FGD itu bertujuan untuk mendapatkan input dari peserta dalam penyusunan modul pengasuhan terpadu yakni dukungan pengasuhan jarak jauh untuk anak pekerja migran Indonesia karena berbagai multisektor dilibatkan dalam kegiatan tersebut.

Sementara ahli pengasuhan anak dari Yogyakarta Sri Marpinjun mengatakan ada keluarga buruh migran yang sudah melakukan pengasuhan jarak jauh untuk anak pekerja migran dengan baik, namun masih banyak yang belum melakukan pengasuhan secara terpadu.

"Melalui program itu, diharapkan pengasuhan jarak jauh lebih lancar dan kami juga akan membekali keluarga yang serumah dengan anak buruh migran tentang keterampilan berkomunikasi," katanya.

Ia mengatakan pola pengasuhan anak jarak jauh itu juga akan memanfaatkan teknologi, agar pengasuhan anak dilakukan oleh penanggung jawab utama yakni orang tua yang menjadi pekerja migran.

"Kami berharap modul pengasuhan secara terpadu itu dapat meningkatkan penghargaan terhadap anak, sehingga berkomunikasi orang tua dengan anaknya lebih sering dan dengan cara yang benar, sehingga anak-anak merasakan kasih sayang orang tuanya," ujarnya.(*)

Pewarta: Zumrotun Solichah

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018