Tulungagung (Antaranews Jatim) - Pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Tulungagung Margiono-Eko Prisdianto menggelar kampanye terbuka di halaman Pasar Ngemplak, Tulungagung, Jawa Timur, Minggu pagi dengan mendatangkan dua biduanita untuk menghibur pedagang dan pengunjung pasar.

Kampanye  tatap muka dan dikemas dengan acara senam bersama itu cukup menyita perhatian warga dan pengguna jalan yang tengah melintas.

Margiono yang tampil di atas panggung dengan didampingi istrinya, pasangannya dalam pilkada Eko Prisdianto serta dua biduan lokal, tampak aktif berjoget seiring lagu dangdut koplo yang dinyanyikan usai senam bersama.

Acara semakin semarak saat anggota DPR RI dari Fraksi Demokrat Venna Melinda serta Calon Gubernur Khofifah Indar Parawansa bergabung di atas panggung dan berorasi singkat mengkampanyekan pencalonannya di Pilkada Jatim.

"Ya, hari ini agenda kami menyapa masyarakat (di pasar). Melihat-lihat situasi untuk mengetahui apa yang diperlukan. Nanti akan kami bicarakan dengan teman-teman pedagang lah, jadi kebutuhan mereka apa kan kita harus tahu itu," kata Margiono usai berjoget bareng warga dari atas panggung melanjutkan blusukan ke dalam Pasar Ngemplak.

Margiono membunti Khofifah menyapa para pedagang. Namun wakilnya, Eko Prisdianto yang semula tampak di atas panggung tak mengikuti.

Margiono baru pamit geser pulang lebih dulu setelah makan bareng Cagub Khofifah di warung makan nasi pecel lodho di dalam Pasar Ngrmplak, sembari melanjutkan kegiatan penyampaian dengan para pedagang dan pengunjung pasar.

Baca juga: SBY Hadiri Kampanye Margiono di Tulungagung (Video)
Baca juga: Hasil undian KPU Tulungagung: Margiono 1, Sahto 2 (Video)
Baca juga: KPU Tulungagung: Dana Kampanye Calon Maksimal Rp63,1 miliar

Sayang, kegiatan kampanye terbuka dan tatap muka itu sempat diwarnai dugaan bagi-bagi uang oleh Margiono serta pelibatan anak di bawah umur.

Namun hal itu segera dibantah Margiono kala diklarifikasi sejumlah awak media elektronik yang mendapatkan gambar fisik pembagian uang oleh pasangan cabup nomor urut 1 itu serta pengakuan sejumlah warga yang mendapat uang lembaran Rp100 ribuan hasil saweran politik pagi itu.

"Enggak bagi-bagi uang, itu kan cuman uang untuk apa untuk minum saja kan. Yang tidak boleh itu kan bagi duit dalam pengertian untuk `money politic`," bantah Margiono.

Margiono berkeras bahwasanya memberi uang dengan maksud untuk (beli) minum untuk (beli) sesuatu tidak apa-apa.

"Yang begitu tidak bisa disebut jual-beli. Orang masak dibeli Rp25 ribu. Terlalu murah rakyat untuk dibeli. Tapi kalau ada yang memberi untuk minum, untuk datang untuk sekedar `sarapan` (makan pagi) baik, saya kira itu. Harus dibiasakan itu," klarifikasi Margiono.

Lanjut dia, memberi kepada yang kecil, untuk kehidupan sehari hari harus dibiasakan. Asal jangan membeli suara rakyat.

"Rakyat terlalu mahal harganya untuk dibeli," ucap Margiono.

Ketua Panitia Pengawas Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Tulungagung Endro Sunarko mengaku masih akan mendalami informasi tersebut.

Endro sebenarnya berada di lokasi kampanye bersama anggota dan tim Panwascam Tulungagung Kota yang disebar di beberapa titik.

Namun Endro mengaku tidak melihat langsung peristiwa tersebut karena dia dan tim panwas datang sedikit terlambat.

"Ini akan menjadi evaluasi kami ke depan untuk datang lebih awal. Namun informasi ini tentu akan menjadi bahan pendalaman kami bersama tim gakumdu (penegak hukum terpadu)," kata Endro Sunarko. (*)
Video Oleh Destyan H Sujarwoko


Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018