Bojonegoro (Antaranewas Jatim) - Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bengawan Solo di Bojonegoro, Jawa Timur, memberlakukan siaga I-kuning daerah hilir Bojonegoro dengan ketinggian air mencapai 13,36 meter Sabtu pukul 06.00 WIB.
Petugas Posko Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bengawan Solo di Bojonegoro Budi Indro, menjelaskan naiknya ketinggian air Bengawan Solo di taman Bengawan Solo (TBS) Bojonegoro hingga mencapai 13,36 meter dipengaruhi hujan deras yang terjadi di Kecamatan Padangan dan sekitarnya sehari lalu.
Ketinggian air Bengawan Solo di TBS, tiga jam sebelumnya juga sudah masuk siaga I mencapai 13,27 meter. Meski juga terjadi kenaikan air Bengawan Solo di hilirnya, mulai Babat, Karanggeneng, Laren dan Kuro, Lamongan, tetapi masih di bawah siaga banjir.
"Pengaruh terbesar kenaikan air Bengawan Solo di hilir akibat hujan deras di Kecamatan Padangan juga kecamatan lainnya sehari lalu," ujarnya.
Selain itu, lanjut dia, juga dipengaruhi kenaikan air Bengawan Solo di Jurug, Solo, Jawa Tengah, yang sempat masuk siaga II-kuning dan tambahan air dari Bengawan Madiun di Ndungus, Ngawi, dua hari lalu.
"Ketinggian air Bengawan Solo di Jurug, Solo, Jawa Tengah dan Ndungus, Ngawi, sempat masuk siaga II dua hari lalu. Tapi sekarang ini sudah surut," kata Kasi Pencegahan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro MZ. Budi Mulyono.
Oleh karena itu, menurut Budi Mulyono, pengaruh banjir kiriman dari hulu, Jawa Tengah, juga Ngawi, juga hujan lokal pengaruh kenaikan air Bengawan Solo di daerah hilir Jawa Timur, tidak terlalu signifikan.
Apalagi, lanjut dia, sebelumnya kondisi Bengawan Solo di hilir Jawa Timur, ketinggian airnya jauh di bawah siaga banjir, juga sungai yang airnya bermuara di Bengawan Solo juga tidak terjadi banjir.
Meski demikian, kata Budi, kewaspadaan dalam menghadapi ancaman banjir luapan Bengawan Solo, banjir bandang dan tanah longsor tetap dilakukan, mengingat puncak curah hujan musim hujan tahun ini terjadi pada Februari.
Sesuai prakiraan Badan Meteolorogi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) curah hujan yang terjadi pada Februari bisa mencapai 500 milimeter, naik dibandingkan curah hujan Januari yang besarnya rata-rata hanya 200 milimeter.
"Maret curah hujan masih tinggi, tetapi menurun dibandingkan curah hujan Februari," ucapnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
Petugas Posko Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bengawan Solo di Bojonegoro Budi Indro, menjelaskan naiknya ketinggian air Bengawan Solo di taman Bengawan Solo (TBS) Bojonegoro hingga mencapai 13,36 meter dipengaruhi hujan deras yang terjadi di Kecamatan Padangan dan sekitarnya sehari lalu.
Ketinggian air Bengawan Solo di TBS, tiga jam sebelumnya juga sudah masuk siaga I mencapai 13,27 meter. Meski juga terjadi kenaikan air Bengawan Solo di hilirnya, mulai Babat, Karanggeneng, Laren dan Kuro, Lamongan, tetapi masih di bawah siaga banjir.
"Pengaruh terbesar kenaikan air Bengawan Solo di hilir akibat hujan deras di Kecamatan Padangan juga kecamatan lainnya sehari lalu," ujarnya.
Selain itu, lanjut dia, juga dipengaruhi kenaikan air Bengawan Solo di Jurug, Solo, Jawa Tengah, yang sempat masuk siaga II-kuning dan tambahan air dari Bengawan Madiun di Ndungus, Ngawi, dua hari lalu.
"Ketinggian air Bengawan Solo di Jurug, Solo, Jawa Tengah dan Ndungus, Ngawi, sempat masuk siaga II dua hari lalu. Tapi sekarang ini sudah surut," kata Kasi Pencegahan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro MZ. Budi Mulyono.
Oleh karena itu, menurut Budi Mulyono, pengaruh banjir kiriman dari hulu, Jawa Tengah, juga Ngawi, juga hujan lokal pengaruh kenaikan air Bengawan Solo di daerah hilir Jawa Timur, tidak terlalu signifikan.
Apalagi, lanjut dia, sebelumnya kondisi Bengawan Solo di hilir Jawa Timur, ketinggian airnya jauh di bawah siaga banjir, juga sungai yang airnya bermuara di Bengawan Solo juga tidak terjadi banjir.
Meski demikian, kata Budi, kewaspadaan dalam menghadapi ancaman banjir luapan Bengawan Solo, banjir bandang dan tanah longsor tetap dilakukan, mengingat puncak curah hujan musim hujan tahun ini terjadi pada Februari.
Sesuai prakiraan Badan Meteolorogi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) curah hujan yang terjadi pada Februari bisa mencapai 500 milimeter, naik dibandingkan curah hujan Januari yang besarnya rata-rata hanya 200 milimeter.
"Maret curah hujan masih tinggi, tetapi menurun dibandingkan curah hujan Februari," ucapnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018