Sumenep (Antaranews-Jatim) - Petani garam rakyat di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, menolak rencana impor garam industri yang jumlahnya mencapai 3,7 juta ton.
"Setiap ada impor garam, meskipun itu garam industri, pasti berdampak terhadap garam rakyat. Kalau pun terjual, harga garam rakyat pasti anjlok," kata Ketua Aliansi Masyarakat Garam (AMG) Sumenep Ubaidillah di Sumenep, Jumat sore.
Pada Jumat sore, Ubaidillah bersama belasan petani garam rakyat di Sumenep mendatangi kantor dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD) setempat.
Sejak beberapa hari lalu, harga garam rakyat di Sumenep, turun dari Rp2.700 per kilogram menjadi Rp2 ribu yang diduga akibat adanya impor garam industri.
"Tak hanya harganya yang turun. Sejak beberapa hari belakangan ini, tidak ada lagi pengusaha yang membeli garam rakyat," kata Obed, sapaan Ubaidillah, menerangkan.
Mereka ke Kantor DPRD Sumenep untuk menemui pimpinan DPRD setempat guna mengeluhkan adanya impor garam industri pada tahun ini.
Para petani garam rakyat tersebut ingin anggota DPRD Sumenep ikut menolak kebijakan Pemerintah yang mengimpor garam industri sebanyak 3,7 juta ton.
Alasannya, kebijakan tersebut akan membuat garam rakyat yang diproduksi petani pada 2017 tidak akan terjual.
Ia menjelaskan, jumlah garam industri yang akan diimpor sebanyak 3,7 juta ton itu berlebihan.
Kondisi tersebut yang membuat para petani garam rakyat menolak rencana impor garam industri pada tahun ini.
Petani garam rakyat di Sumenep juga mengkhawatirkan garam industri impor itu merembes atau beredar menjadi garam konsumsi.
"Perembesan ini yang membuat garam rakyat yang dihasilkan oleh kami menjadi tidak laku, karena harga garam impor itu lebih murah," ujarnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018