Surabaya (Antaranews Jatim) - Sebanyak 17 mahasiswa Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya peserta kuliah kerja nyata (KKN) dan praktik pengalaman lapangan (PPL) internasional kembali ke kampus setempat, Kamis, setelah menuntaskan kegiatan itu selama tiga bulan.

Kedatangan 17 mahasiswa dari Fakultas Agama Islam (FAI) dan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) yang melakukan KKN dan PPL di Provinsi Patani dan Yala di Thailand Selatan ini disambut langsung Wakil Rektor 1 UM Surabaya Azis Alimul Hidayat serta beberapa ketua dan kepala biro.

Mahasiswa jurusan pendidikan bahasa Inggris FKIP Fadilah Fauziyah Lubis, salah satu peserta menceritakan, dia dan mahasiswa lain mendapat tugas di Kota Yaha, Provinsi Yala yang terkenal sebagai daerah konflik.

"Sebelum pulang kemarin bahkan terjadi ledakan bom di sana. Sebagai daerah konflik, di Yaha pun ada jam malam. Di atas jam 6 malam para perempuan tidak boleh keluar," kata mahasiswa semester 8 itu.

Dia mengaku sempat ingin pulang kembali ke Indonesia saat setengah bulan setelah tiba di sana karena lokasi KKN-PPL itu terpencil dan dekat hutan. Namun, karena ada perlindungan dari Kepala Dinas Pendidikan Swasta di sana dan Konsulat Republik Idonesia, keinginan pulang itu diabaikan.

"Kalau pas ada tentara lewat dekat tempat kami tinggal, yang paling sibuk itu kepala dinas pendidikan di sana. Tanya keadaan dan kabar," ujarnya.

Dia mengatakan, selama di sana mengajar bahasa Indonesia, bahasa Inggris, bahasa Arab, di sekolah dan kepada warga masyarakat. "Bahkan ada mahasiswa yang membuat ote-ote," katanya.

Masyarakat di Yaha juga belum menguasai bahasa Inggris. Termasuk yang berusia dewasa. Berbagai kendala komunikasi dan pengajaran harus dicarikan solusi.

Untuk mengatasi kesulitan itu, Fadilah dan beberapa temannya harus membuka Google Translate untuk berkomunikasi dan menggunakan bahasa isyarat. "Mereka lebih akrab dengan bahasa Melayu Patani, susah berkomunikasi dalam bahasa Inggris," ujarnya.

Wakil Rektor 1 UM Surabaya Azis Alimul Hidayat mengatakan, KKN dan PPL internasional merupakan agenda rutin. Sebelumnya pernah dilakukan di negara Kamboja, kemudian Thailand. "Ke depan akan ada penambahan negara. Kami sudah kerja sama dengan Malaysia," katanya.

Terkait minimnya jumlah mahasiswa yang mengikuti KKN-PPL internasional, Azis mengaku karena keterbatasan izin dari negara tujuan. Dia berharap tahun depan kuota akan bertambah.

"Dengan adanya program ini, kami berharap semakin mengenalkan budaya, bahasa, dan keberagaman di Indonesia," tuturnya.(*)

Pewarta: Willy Irawan

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018