Sampang (Antaranews Jatim) - Dinas Pendidikan Sampang, Jawa Timur, mendesak polisi segera menangkap siswa SMA Negeri I Torjun yang telah melakukan pemukulan kepada gurunya hingga tewas.
"Ini tidak bisa dibiarkan dan kami meminta polisi segera menangkap pelakunya," kata Kepala Disdik Sampang Moh Jupri Riyadi di Sampang, per telepon, Kamis malam.
Saat menyampaikan pernyataan itu, Jupri mengaku, kini sedang dalam perjalanan menuju Polsek Torjun untuk mendesak aparat kepolisian segera menangkap pelaku pemukulan guru kesenian hingga yang bersangkutan meninggal dunia.
Diduga, guru kesenian bernama Budi Cahyono itu meninggal dunia, karena pembulu darahnya pecah, akibat dipukuli siswanya berinisial HI.
Peristiwa pemukulan siswa itu berawal saat guru Budi Cahyono menyampaikan pelajaran kesenian.
Kala itu, ada siswa berinisial HI, yakni pelaku pemukulan tertidur di kelas. Guru Budi langsung mendekati siswa tersebut, dan langsung mencoret pipinya dengan tinta.
Tindakan itu sudah biasa dilakukan kepada siswa oleh guru itu, bagi siswa yang tidak memperhatikan pelajaran yang ia sampaikan.
Namun, sang siswa HI langsur berdiri dan memukul guru Budi hingga mengenai pelipis wajahnya. Versi lain karena HI berulah di dalam kelas.
"Kejadiannya sekitar pukul 13.00 WIB siang tadi," kata Kepala SMA Negeri I Torjun Sampang Amat kepada wartawan per telepon.
"Saya sendiri sebenarnya sedang tidak berada di dalam kelas, informasinya HI ditegur oleh Pak Budi saat pelajaran kesenian terakhir itu, kemungkinan anak ini masih mengulang kembali kesalahannya dan tiba-tiba HI memukuli Pak Budi," ujar Amat.
Amat menuturkan, guru Budi memang sempat menceritakan atas kejadian di ruang kelas XII kepada dirinya.
Saat menceritakan kejadian di dalam kelas itu XII itu, guru Budi masih terlihat sehat, tapi orangnya memang tampak lesu.
"Baru tadi (Kamis) sore saya mendengar kabar bahwa Pak Budi dibawa oleh keluarganya ke rumah sakit Surabaya karena tidak sadarkan diri," kata Amat.
Teman-teman sekelas HI menyayangkan tindakan yang dilakukan bersangkutan terhadap guru Budi tersebut, karena menurut mereka tindakan guru wajar dilakukan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
"Ini tidak bisa dibiarkan dan kami meminta polisi segera menangkap pelakunya," kata Kepala Disdik Sampang Moh Jupri Riyadi di Sampang, per telepon, Kamis malam.
Saat menyampaikan pernyataan itu, Jupri mengaku, kini sedang dalam perjalanan menuju Polsek Torjun untuk mendesak aparat kepolisian segera menangkap pelaku pemukulan guru kesenian hingga yang bersangkutan meninggal dunia.
Diduga, guru kesenian bernama Budi Cahyono itu meninggal dunia, karena pembulu darahnya pecah, akibat dipukuli siswanya berinisial HI.
Peristiwa pemukulan siswa itu berawal saat guru Budi Cahyono menyampaikan pelajaran kesenian.
Kala itu, ada siswa berinisial HI, yakni pelaku pemukulan tertidur di kelas. Guru Budi langsung mendekati siswa tersebut, dan langsung mencoret pipinya dengan tinta.
Tindakan itu sudah biasa dilakukan kepada siswa oleh guru itu, bagi siswa yang tidak memperhatikan pelajaran yang ia sampaikan.
Namun, sang siswa HI langsur berdiri dan memukul guru Budi hingga mengenai pelipis wajahnya. Versi lain karena HI berulah di dalam kelas.
"Kejadiannya sekitar pukul 13.00 WIB siang tadi," kata Kepala SMA Negeri I Torjun Sampang Amat kepada wartawan per telepon.
"Saya sendiri sebenarnya sedang tidak berada di dalam kelas, informasinya HI ditegur oleh Pak Budi saat pelajaran kesenian terakhir itu, kemungkinan anak ini masih mengulang kembali kesalahannya dan tiba-tiba HI memukuli Pak Budi," ujar Amat.
Amat menuturkan, guru Budi memang sempat menceritakan atas kejadian di ruang kelas XII kepada dirinya.
Saat menceritakan kejadian di dalam kelas itu XII itu, guru Budi masih terlihat sehat, tapi orangnya memang tampak lesu.
"Baru tadi (Kamis) sore saya mendengar kabar bahwa Pak Budi dibawa oleh keluarganya ke rumah sakit Surabaya karena tidak sadarkan diri," kata Amat.
Teman-teman sekelas HI menyayangkan tindakan yang dilakukan bersangkutan terhadap guru Budi tersebut, karena menurut mereka tindakan guru wajar dilakukan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018