Ponorogo, (Antaranews Jatim) - Banjir bandang melanda kawasan proyek Waduk Bendo hingga menggenangi permukiman warga di Desa Ngindeng, Kecamatan Sawoo, Ponorogo, Jawa Timur, Selasa (2/1) malam.
Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Ponorogo, Setyo Budiono, Rabu mengatakan banjir mengakibatkan sedikitnya 42 Kepala Keluarga (KK) di RT 01/RW 03 Dusun Bendo, Desa Ngindeng mendadak diungsikan.
"Sebanyak 42 KK terdiri 92 jiwa dan empat di antaranya anak balita diungsikan ke tempat yang lebih aman," kata Setyo Budiono kepada wartawan.
Menurut Budiono, tim dari BPBD dan relawan mengalami kendala dalam melakukan evakuasi warga terdampak banjir. Selain karena lokasi berada di bawah lereng perbukitan, juga kondisi gelap dan tidak ada signal telepon seluler.
"Kami dari BPBD bersama relawan sudah melakukan upaya maksimal dalam melakukan evakuasi. Namun menghadapi kendala medan yang sulit dijangkau dan tidak ada signal HP, sehingga menghambat komunikasi," terang dia.
Budi menuturkan, yang saat ini mendesak dibutuhkan warga pengungsi banjir antara lain air mineral, alas tidur, makanan, dan selimut.
Banjir diduga terjadi karena terhambatnya arus air sungai yang dibendung akibat adanya pembangunan proyek Waduk Bendo yang dikerjakan sejak sekitar dua tahun lalu.
Sebagaimana diketahui Waduk Bendo dibangun di atas lahan seluas sekitar 295 hektare dengan biaya Rp679 miliar. Diproyeksikan mengairi lahan seluas 73 ribu hektare dan ditargetkan selesai pada 2019.
Pemerintah telah membangun rumah relokasi bagi 89 KK warga terdampak yang rencananya akan diserahkan pada Januari 2018. Namun ketika pemindahan warga ke rumah relokasi belum dilakukan, terjadi banjir bandang. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Ponorogo, Setyo Budiono, Rabu mengatakan banjir mengakibatkan sedikitnya 42 Kepala Keluarga (KK) di RT 01/RW 03 Dusun Bendo, Desa Ngindeng mendadak diungsikan.
"Sebanyak 42 KK terdiri 92 jiwa dan empat di antaranya anak balita diungsikan ke tempat yang lebih aman," kata Setyo Budiono kepada wartawan.
Menurut Budiono, tim dari BPBD dan relawan mengalami kendala dalam melakukan evakuasi warga terdampak banjir. Selain karena lokasi berada di bawah lereng perbukitan, juga kondisi gelap dan tidak ada signal telepon seluler.
"Kami dari BPBD bersama relawan sudah melakukan upaya maksimal dalam melakukan evakuasi. Namun menghadapi kendala medan yang sulit dijangkau dan tidak ada signal HP, sehingga menghambat komunikasi," terang dia.
Budi menuturkan, yang saat ini mendesak dibutuhkan warga pengungsi banjir antara lain air mineral, alas tidur, makanan, dan selimut.
Banjir diduga terjadi karena terhambatnya arus air sungai yang dibendung akibat adanya pembangunan proyek Waduk Bendo yang dikerjakan sejak sekitar dua tahun lalu.
Sebagaimana diketahui Waduk Bendo dibangun di atas lahan seluas sekitar 295 hektare dengan biaya Rp679 miliar. Diproyeksikan mengairi lahan seluas 73 ribu hektare dan ditargetkan selesai pada 2019.
Pemerintah telah membangun rumah relokasi bagi 89 KK warga terdampak yang rencananya akan diserahkan pada Januari 2018. Namun ketika pemindahan warga ke rumah relokasi belum dilakukan, terjadi banjir bandang. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018