Madiun, (Antara Jatim) - Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Madiun, Jawa Timur mencatat laju inflasi di kota setempat pada bulan November tahun 2017 mencapai 0,10 persen dengan indeks harga konsumen (IHK) sebesar 128,01.
"Inflasi di Kota Madiun disumbang oleh kenaikan harga sejumlah kebutuhan, di antaranya beras, bawang merah, tarif kereta api, telur ayam ras, dan susu untuk balita," ujar Kepala Seksi Statistik Distribusi BPS Kota Madiun Adi Prianto, di Madiun, Senin.
Menurut dia, inflasi di Kota Madiun terjadi karena adanya kenaikan IHK pada kelompok makanan sebesar 0,49 persen. Rinciannya, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,02 persen serta kelompok trasnportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,02 persen.
Sementara itu kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar mengalami deflasi sebesar -0,08 persen, kelompok sandang -0,12 persen, dan kelompok kesehatan -0,15 persen. Sementara, untuk kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga tidak mengalami perubahan indeks.
"Adapun, komoditas yang menekan inflasi antara lain kelapa, apel, kacang panjang, anggur dan jeruk," ungkap Adi.
Ia menambahkan, dari delapan kota penghitung inflasi nasional di Provinsi Jawa Timur, seluruhnya mengalami inflasi.
Inflasi tertinggi terjadi di Kabupaten Sumenep sebesar 0,57 persen dengan IHK 126,65 dan inflasi terendah terjadi di Kota Madiun sebesar 0,10 dengan IHK 128,01.
Berikut urutan inflasi dari yang tertinggi pada kota-kota penghitung inflasi di Jawa Timur. Sumenep 0,57 persen, Jember 0,34 persen, Banyuwangi 0,33 persen, Malang 0,27 persen, Probolinggo 0,27 persen, Kediri 0,23 persen, Surabaya 0,18 persen, dan Kota Madiun 0,10 persen.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017
"Inflasi di Kota Madiun disumbang oleh kenaikan harga sejumlah kebutuhan, di antaranya beras, bawang merah, tarif kereta api, telur ayam ras, dan susu untuk balita," ujar Kepala Seksi Statistik Distribusi BPS Kota Madiun Adi Prianto, di Madiun, Senin.
Menurut dia, inflasi di Kota Madiun terjadi karena adanya kenaikan IHK pada kelompok makanan sebesar 0,49 persen. Rinciannya, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,02 persen serta kelompok trasnportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,02 persen.
Sementara itu kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar mengalami deflasi sebesar -0,08 persen, kelompok sandang -0,12 persen, dan kelompok kesehatan -0,15 persen. Sementara, untuk kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga tidak mengalami perubahan indeks.
"Adapun, komoditas yang menekan inflasi antara lain kelapa, apel, kacang panjang, anggur dan jeruk," ungkap Adi.
Ia menambahkan, dari delapan kota penghitung inflasi nasional di Provinsi Jawa Timur, seluruhnya mengalami inflasi.
Inflasi tertinggi terjadi di Kabupaten Sumenep sebesar 0,57 persen dengan IHK 126,65 dan inflasi terendah terjadi di Kota Madiun sebesar 0,10 dengan IHK 128,01.
Berikut urutan inflasi dari yang tertinggi pada kota-kota penghitung inflasi di Jawa Timur. Sumenep 0,57 persen, Jember 0,34 persen, Banyuwangi 0,33 persen, Malang 0,27 persen, Probolinggo 0,27 persen, Kediri 0,23 persen, Surabaya 0,18 persen, dan Kota Madiun 0,10 persen.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017