Tulungagung (Antara Jatim) - Persatuan Wartawan Indonesia mendukung rencana pemerintah Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur dalam mengembangkan website di 257 desa setempat yang berisi profil serta segala informasi terkait pembangunan di masing-masing desa.
Dukungan itu diwujudkan PWI Tulungagung dengan menggelar seminar sehari bertema "Pemanfaatan Website Desa" di Halroom Hotel Narita, Tulungagung, Senin.
Tampil sebagai pembicara dalam seminar yang dihadiri lebih dari 100 kepala desa itu Ketua PWI Jatim Ahmad Munir dan perwakilan dari Dinas Pemberdayaan dan Pemerintahan Desa Kabupaten Tulungagung Wahyu Yuniarko.
"Pembuatan web desa bukan tujuan akhir, itu hanya langkah dalam upaya pengembangan informasi secara digital berbasis desa," kata Ahmad Munir saat menjadi pembicara di hadapan forum kades dan awak media.
Namun Munir juga mengingatkan bahwa pembuatan web desa baru awal sebuah langkah maju dalam upaya digitalisasi informasi berbasis desa.
Sebab, kata dia, setelah web desa dibuat maka diperlukan "update" atau pembaruan yang terus-menerus sehingga menyita perhatian warganet.
"Web itu harus update, agar banyak dikunjungi netizen (warganet) dan jangan sampai kaku dan tidak update," kata Munir.
Ahmad Munir mencontohkan, web yang dikelola dengan model pemerintahan akan menjenuhkan sebab terlalu statis dan kurang dinamis serta sering kali tidak update.
Oleh sebab itu, lanjut Munir, masing-masing desa harus memiliki SDM yang mampu mengelola Web desa, yakni seorang operator dan seorang pengisi konten.
Pengisi konten yang dimaksud adalah seorang profesional yang memahami dunia kepenulisan, memiliki pemahanan untuk memilih isu konten yang menarik dan lain-lain.
"Tidak harus wartawan, namun orang yang memiliki keahlian untuk menulis sesuai kaidah jurnalistik dengan 5W+1H," katanya.
Sementara itu, Kasi Administrasi Pemerintahan Desa Pemberdayaan dan Pemrintahan Desa Kabupaten Tulungagung Wahyu Yuniarko mengatakan website desa merupakan gambaran singkat mengenai potensi masing-masing desa yang ditampilkan di dunia maya.
"Ini adalah salah satu cara yang bisa dimaksimalkan oleh pemerintah desa untuk memperkenalkan desa mereka kepada masyarakat secara luas," katanya.
Menurut Wahyu, sasaran web desa adalah warganet sehingga mereka mudah mengenali segala potensi dan informasi desa tersebut, mulai dari produk unggulan, potensi wisata, potensi kebudayaan serta pembangunan yang telah dicapai desa hingga pemaparan penggunaan anggaran yang masuk ke kas desa.
Menurut Wahyu, dengan memiliki web desa maka banyak sekali keuntungan yang diperoleh desa, mulai dari wisatawan yang berkunjung ke desanya, kemudian produk unggulan yang mendapatkan tempat untuk promosi dan lain lain.
"Sampai sekarang ada 192 desa yang telah memiliki web, diprediksi sampai akhir tahun ini total ada 202 web desa," kata Wahyu.
Wahyu menjelaskan, tidak mudah memang bagi pemerintah desa untuk memenuhi target kepemilikan web desa, sebab dibutuhkan kesiapan sumberdaya manusia yang mumpuni untuk membuat web desa, mulai dari awal pembangunannya, pengelolaan hingga urusan update konten dalam web tersebut.
Pihaknya tidak memungkiri, kendati saat ini banyak web desa yang sudah terbentuk, namun belum semuanya mampu dengan aktif menampilkan tampilan yang memancing netizen untuk melihat atau mengunjunginya, lagi-lagi hal ini terjadi karena minimnya SDM.
"Masalahnya di SDM, banyak desa yang belum memiliki SDM untuk itu," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017
Dukungan itu diwujudkan PWI Tulungagung dengan menggelar seminar sehari bertema "Pemanfaatan Website Desa" di Halroom Hotel Narita, Tulungagung, Senin.
Tampil sebagai pembicara dalam seminar yang dihadiri lebih dari 100 kepala desa itu Ketua PWI Jatim Ahmad Munir dan perwakilan dari Dinas Pemberdayaan dan Pemerintahan Desa Kabupaten Tulungagung Wahyu Yuniarko.
"Pembuatan web desa bukan tujuan akhir, itu hanya langkah dalam upaya pengembangan informasi secara digital berbasis desa," kata Ahmad Munir saat menjadi pembicara di hadapan forum kades dan awak media.
Namun Munir juga mengingatkan bahwa pembuatan web desa baru awal sebuah langkah maju dalam upaya digitalisasi informasi berbasis desa.
Sebab, kata dia, setelah web desa dibuat maka diperlukan "update" atau pembaruan yang terus-menerus sehingga menyita perhatian warganet.
"Web itu harus update, agar banyak dikunjungi netizen (warganet) dan jangan sampai kaku dan tidak update," kata Munir.
Ahmad Munir mencontohkan, web yang dikelola dengan model pemerintahan akan menjenuhkan sebab terlalu statis dan kurang dinamis serta sering kali tidak update.
Oleh sebab itu, lanjut Munir, masing-masing desa harus memiliki SDM yang mampu mengelola Web desa, yakni seorang operator dan seorang pengisi konten.
Pengisi konten yang dimaksud adalah seorang profesional yang memahami dunia kepenulisan, memiliki pemahanan untuk memilih isu konten yang menarik dan lain-lain.
"Tidak harus wartawan, namun orang yang memiliki keahlian untuk menulis sesuai kaidah jurnalistik dengan 5W+1H," katanya.
Sementara itu, Kasi Administrasi Pemerintahan Desa Pemberdayaan dan Pemrintahan Desa Kabupaten Tulungagung Wahyu Yuniarko mengatakan website desa merupakan gambaran singkat mengenai potensi masing-masing desa yang ditampilkan di dunia maya.
"Ini adalah salah satu cara yang bisa dimaksimalkan oleh pemerintah desa untuk memperkenalkan desa mereka kepada masyarakat secara luas," katanya.
Menurut Wahyu, sasaran web desa adalah warganet sehingga mereka mudah mengenali segala potensi dan informasi desa tersebut, mulai dari produk unggulan, potensi wisata, potensi kebudayaan serta pembangunan yang telah dicapai desa hingga pemaparan penggunaan anggaran yang masuk ke kas desa.
Menurut Wahyu, dengan memiliki web desa maka banyak sekali keuntungan yang diperoleh desa, mulai dari wisatawan yang berkunjung ke desanya, kemudian produk unggulan yang mendapatkan tempat untuk promosi dan lain lain.
"Sampai sekarang ada 192 desa yang telah memiliki web, diprediksi sampai akhir tahun ini total ada 202 web desa," kata Wahyu.
Wahyu menjelaskan, tidak mudah memang bagi pemerintah desa untuk memenuhi target kepemilikan web desa, sebab dibutuhkan kesiapan sumberdaya manusia yang mumpuni untuk membuat web desa, mulai dari awal pembangunannya, pengelolaan hingga urusan update konten dalam web tersebut.
Pihaknya tidak memungkiri, kendati saat ini banyak web desa yang sudah terbentuk, namun belum semuanya mampu dengan aktif menampilkan tampilan yang memancing netizen untuk melihat atau mengunjunginya, lagi-lagi hal ini terjadi karena minimnya SDM.
"Masalahnya di SDM, banyak desa yang belum memiliki SDM untuk itu," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017