Tulungagung (Antara Jatim) - Seorang warga di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, memproduksi aneka miniatur berbahan limbah kaca untuk dijadikan hiasan interior rumah sekaligus lampu kamar.
    
"Awalnya saya hanya iseng, karena banyak sekali limbah kaca sisa pekerjaan etalase yang menjadi usaha inti di tempat kami bekerja," kata Supriyanto (42), perajin miniatur limbah kaca, yang dikonfirmasi di tempat usahanya di Desa Kaliwungu, Kecamatan Ngunut, Tulungagung, Selasa.
    
Namun karena masih baru dan sebagian masih uji coba, miniatur limbah kaca hasil kreasi Supriyanto belum sempurna.
    
"Memang masih kasar, banyak detail yang perlu diselesaikan," ujarnya.
    
Ada beberapa jenis miniatur yang sudah diselesaikan Supriyanto, antara lain kapal/perahu layar, pesawat tempur, candi, hingga Menara Eifel.
    
Tak hanya menyusun pecahan atau potongan kaca hingga membentuk prototipe tertentu, Supriyanto juga memasangkan rangkaian lampu penerang bervoltase rendah atau lampu LED.
    
Hasilnya setelah dipasang di dalam dan sekitar rangkaian miniatur itu, efek cahaya yang dihasilnya terlihat menjadi lebih menarik dan terkesan hidup.
    
Bias cahaya lampu memendar warna-warni menyesuaikan warna pecahan kaca yang disusun menjadi rangkaian kapal, pesawat atau candi dan menara tersebut.
    
"Tidak ada desain khusus, digambar atau bagaimana. Pokoknya dibayangkan saja terus diwujudkan dengan limbah kaca," tutur Supri.
    
Ternyata dari tutup lampu buatan Supri juga diminati. Mulanya peminatnya hanya teman-teman yang kebetulan melihat di etalase rumahnya.
    
Satu tutup lampu tidur berbentuk candi ini dijual Rp50 ribu per buah. Jika bentuknya lebih rumit, Supri menjual seharga Rp100 ribu.
    
Namun karena hanya kerjaan sambilan, produk limbah kaca ini tidak bisa dipastikan produksinya.
    
Rata-rata satu produk dibuat selama dua hari. Biasanya Supri mengerjakan tutup lampu tidur ini saat tidak ada kerjaan etalase.
    
Atau di sela waktu istirahat, dan setelah bekerja sore hari.
    
"Kalau desainnya rumit bisa lebih dari dua hari. Namanya juga selingan, tidak bisa dikerjakan setelah pekerjaan utama selesai," katanya. (*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017