Blitar (Antara Jatim) - Seorang petugas kebersihan di Kabupaten Blitar, Jawa Timur, mampu mengolah mengolah sampah plastik menjadi bahan bakar alternatif dengan bantuan mesin khusus, sehingga bisa mengurangi volume sampah yang ada.
     
Muryani (59), petugas kebersihan itu mengaku awalnya resah dengan banyaknya sampah plastik menumpuk di tempat sampah. Karena terbuat dari bahan plastik, sampah itu sulit terurai, sehingga terus menumpuk.
     
"Ini awalnya karena masalah sampah plastik. Dalam satu tahun, belum tentu bisa terurai, jadi kami berupaya menciptakan alat pengolah sampah," katanya di Blitar, Jumat.
     
Ia juga menambahkan, sampah juga dibuang begitu saja di sawah, sehingga menggangu petani. Keluhan tentang sampah itu banyak diungkapkan oleh petani, sehingga air menjadi tercemar dan menyebabkan saluran irigasi di sawah menjadi terkendala. 
     
Muryani mengatakan, ide awal itu selain karena prihatin banyaknya sampah plastik, ia juga banyak belajar, bahwa plastik bisa diolah menjadi bahan bakar. Ia melakukan uji coba hingga berkali-kali dan pada 2009 akhirnya bisa menjadi alat pengolah bahan bakar alternatif itu. 
     
Sampah itu dikelola di Bank Sampah Mandiri, Kecamatan Wlingi, Kabupaten Blitar. Awalnya, seluruh sampah dikumpulkan menjadi satu dan dipilih antara sampah organik dan anorganik. Untuk sampah yang anorganik dari plastik dikumpulkan menjadi satu.
     
Sampah-sampah itu dibersihkan lalu dimasukkan ke dalam alat khusus yang disebut destilator. Alat ini terbuat dari bahan besi kualitas terbaik dan bisa dikerjakan dalam waktu 20 hari. Kapasitas alat tersebut juga masih kecil, karena masih mengolah sampah plastik yang ada di bank sampah tersebut.
    
Untuk sampah plastik tersebut bisa diolah jadi bahan bakar alternatif yaitu premium, solar, serta minyak tanah. Selama dalam proses pengolahan diola sedemikian rupa, sehingga bisa menjadi BBM yang diinginkan. Dalam sehari, setidaknya bisa menyuling sampah plastik hingga dua kali dengan waktu yang dibutuhkan sekitar empat jam. 
     
"Untuk membuat alatnya itu 20 hari baru selesai dan bisa mengolah jadi bensin, solar, dan minyak tanah. Dalam sehari, bisa mengolah 20 kilogram," kata Muryani. 
      
Ia mengaku sangat senang dengan alat itu bisa mengurangi volume sampah yang ada di tempat sampah. Walaupun ia hanya lulusan sekolah dasar, ia tidak minder dan terus belajar, sehingga berhasil membuat alat pengolah sampah menjadi bahan bakar alternatif ini. 
     
Ia juga tidak terganggu dengan bau sampah yang cukup menyengat. Ia hanya berniat sosial, ingin bekerja sebaik mungkin, salah satunya berupaya mengurangi volume sampah di masyarakat. Salah satu caranya, dengan membuat alat pengolah sampah plastik.
     
Hasil olahan sampah plastik yang sudah menjadi bahan bakar alternatif itu juga terkadang dibeli warga. Mereka menilai, bahan bakar itu juga membuat kendaraa mereka bisa melaju dengan baik. Bahkan, harganya juga selisih lebih murah ketimbang bahan bakar yang dijual di SPBU.
     
"Bahan bakar itu seperti bensin pada umumnya, kualitasnya juga sama, tapi harga murah, hanya Rp7.000 per liter. Selama saya menggunakan bahan bakar alternatif itu, belum pernah ada masalah di sepeda motor saya," kata Ali, salah seorang warga pengguna BBM alternatif. 
     
Sementara itu, hingga saat ini pengajuan perizinan masih dalam proses. Muryani berharap, pengajuan itu membuahkan hasil, sebagai penghargaan atas karya cipta yang telah dibuatnya.  (*)

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017