Surabaya (Antara Jatim) - Program Studi Arsitektur Universitas Kristen Petra (UKP) Surabaya, Rabu menggelar workshop internasional untuk mengupas dan mengenalkan bangunan cagar budaya di Surabaya karya arsitektur asal Belanda, Estourgie kepada mahasiswa.

Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan UK Petra Timoticin Kwanda mengatakan workshop ini merupakan bagian dari hibah penelitian yang diperoleh dari Kedutaan Besar Belanda senilai Rp200 juta untuk mengungkap karya arsitektur dari Estourgie yang banyak menjadi cagar budaya di Surabaya namun tak banyak diketahui masyarakat umum.

"Hibah ini merupakan hibah penelitian yang saya buat sejak tahun 2016 yang lalu, yang mana arsitek Estourgie dan karya-karyanya belum begitu dikenal oleh para akademis arsitektur dan masyarakat umum di Indonesia. Sehingga saya tertarik untuk mengungkapkan karakter khas bangunannya kepada publik," kata Timoticin.

Workshop ini menghadirkan dua pembicara yaitu Konsultasi riset warisan budaya PKMvR Dr Pauline K.M. van Roosmalen dan Timoticin Kwanda.

Dalam workshop itu, Dr Pauline K.M. van Roosmalen akan memberi gambaran mengenai arsitektur Kolonial Belanda khususnya karya-karya arsitek Estourgie. Sedangkan Timoticin berbicara mengenai nilai sejarah di dalam bangunan kolonial Belanda.

Timoticin menjelaskan, setiap bangunan yang berusia di atas 50 tahun ini pasti mempunyai nilai sejarah yang unik, dengan karakter khasnya sendiri yang mengacu pada tampilan keseluruhan bentuk bangunan, bahan, keahlian, detail dekoratif, ruang interior dan fitur, serta lingkungannya. "Sehingga sangat menarik untuk dibagikan sebagai pembelajaran sejarah perkembangan arsitektur kolonial Belanda saat ini," kata dia.

Timoticin menambahkan peserta workshop merupakan para mahasiswa Arsitektur S1 yang minimal memasuki tahun ketiga. Setelah lokakarya pada hari pertama, pada hari berikutnya selama tiga hari berturut-turut para peserta akan diajak untuk melakukan kunjungan lapangan di beberapa tempat di Surabaya yang merupakan karya-karya arsitek Estourgie untuk kemudian di bahas secara bersama-sama.

Kegiatan kunjungan lapangan itu, kata dia, untuk mengidentifikasi dan mendokumentasikan bangunan bersejarah yang dirancang oleh Estourgie (1925-1957) untuk mengungkapkan keunikannya.

"Pastinya, mahasiswa arsitektur bisa belajar banyak dari keunikan bangunan kolonial ini dan nilai-nilai estetikanya, dan mendapatkan pengetahuan tentang masa lalu yang akan mengilhami ekspresi dalam desain bangunan baru di masa depan," ujar Timoticin.

Sementara itu Dr Pauline mengatakan pengungkapan karya arsitektur dari Estourgie ini dengan harapaan mahasiswa atau pun masyarakat dapat mengenal dan mengetahui akan sejarah sehingga nantinya bangunan cagar budaya akan dapat dijaga.

Ada 40 data dari astiktur karya Estorugie yang saya bawa dari Belanda. Saya sudah pernah berkeliling selama tiga hari namun  belum memotret semua gedung karena susah dicari dan berubah," kata dia.

Dia menambahkan bangunan yang dirancang oleh Estourgie tak hanya gedung perkantoran Pemerintah Kolonial Belanda namun ada pabrik, apartemen, rumah dan lain sebagainya.(*)

Pewarta: willy irawan

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017