Kediri (Antara Jatim) - Masyarakat dari berbagai daerah di Kota Kediri, Jawa Timur, mengikuti kegiatan parade 99 beduk memeriahkan Tahun Baru Islam 1439 Hijriah.

Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar mengajak warga melestarikan budaya menggunakan beduk yang difungsikan sebagai alat untuk memanggil masyarakat melakukan ibadah.
     
"Beduk hanya ada di Indonesia, itu adalah alat untuk memanggil masyarakat melakukan ibadah. Ini banyak anak yang tidak tahu, makanya kami mencoba menampilkan itu sebagai edukasi," katanya dalam acara parade 99 beduk memeriahkan Tahun Baru Islam 1439 Hijriah di Balai KOta Kediri, Kamis (21/9).
     
Ia mengatakan, beduk semakin lama memang semakin susut, salah satunya untuk mencari kayu besar sulit, sehingga banyak diganti dengan drum. Beduk biasanya diletakkan di masjid atau mushala, yang saat memasuki waktu shalat selalu ditabuh.
     
Wali Kota menilai, kegiatan ini sangat positif dan harus dilestarikan. Animo masyarakat juga sangat tinggi. Dicontohkannya, biasanya, saat menempuh perjalanan dari rumah ke balai kota hanya beberapa menit, namun saat ada kegiatan ini perjalanan yang ditempuhnya hingga 20 menit. 
     
Menurut dia, kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang baik. Peserta mengumandangkan selawat serta membawa beduk, berbeda ketika yang dibawa adalah "sound system" besar yang berisi musik dangdut. 
     
Ia berharap, kegiatan serupa bisa diselenggarakan tahun depan dengan lebih besar lagi, sebab nilai budayanya juga sangat besar. Anak-anak menjadi lebih mengerti tentang budaya Islam dan tidak hanya mengenal teknologi. Terlebih lagi, dengan teknologi ada dampak negatif, misalnya adanya informasi hoaks, namun dengan parade beduk, anak-anak diajarkan untuk melihat langsung. 
     
"Ini ragam budaya yang positif dan tidak ada di negara lain. Jadi, sembari nguri-nguri budaya juga edukasi. Saya meminta merapatkan barisan, berpikir bersama memajukan negeri, semangat ini terus dijunjung," katanya.
     
Sementara itu, Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Kediri KH Abubakar Abdul Djalil mengatakan kegiatan parade 99 beduk itu memang sengaja diselenggarakan memeriahkan Tahun Baru Islam 1439 Hijriah. 
    
Beduk merupakan budaya lokal yang dimanfaatkan oleh para wali untuk mengajak umat menjalankan ibadah. Beduk juga salah satu bentuk kearifan lokal yang tetap dipertahankan hingga sekarang, sebab nilainya sangat positif. 
     
"Sengaja PCNU Kota Kediri mengadakan parade beduk. Bahwa beduk adalah alat komunikasi yang dulu dipakai 'Wali songo' untuk mengumpulkan jamaah, menjalankan ibadah.," katanya.
     
Ia juga menambahkan, parade beduk ini sebagai salah satu simbol bahwa komunikasi penting dilakukan baik antara ulama dan pemerintah. Dengan adanya komunikasi yang baik, tentunya ke depan bisa membangun Kediri menjadi lebih baik.
     
Di tahun baru Islam ini, ia juga berharap akan ada semangat baru untuk menjadi lebih baik. Tahun baru dijadikan sebagai instropeksi atau evaluasi diri, hijrah dari sesatu yang jelek ke hal yang positif. 
     
Kegiatan parade 99 beduk itu diikuti peserta dari berbagai pengurus NU baik tingkat cabang hingga ranting atau kelurahan. Mereka menampilkan beduk dengan berbagai model. Selain beduk, mereka juga serta menyanyikan beragam selawat. 
     
Kegiatan itu dimulai dari Aula Muktamar Pondok Pesantren Lirboyo, Kota Kediri dan finish di Balai Kota Kediri. Peserta terbaik mendapatkan penghargaan berupa tropi dan uang pembinaan yang diserahkan oleh Wali kota Kediri.
     
Dalam acara itu, selain dihadiri Wali Kota, juga Wakil Wali Kota Kediri Lilik Muhibbah, Kapolresta Kediri AKBP Anthon Haryadi, Komandan Kodim 0809 Kediri Letkol Arm Joko Setiyo Kurniawan, Kepala Kementerian Agama Kota Kediri Ahmad Zuhri dan sejumlah kepala organisasi perangkat daerah (OPD) di kota ini. (*)

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017