Kediri (Antara Jatim) - Kegiatan temu responden yang digelar oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kediri, Jawa Timur, menghadirkan tokoh inspiratif yang telah sukses dengan usaha mereka, sehingga diharapkan bisa memacu semangat peserta bekerja lebih baik lagi.
     
"Kami memberikan apresiasi ke responden. Mereka sudah bekerjasama dengan baik dan kami memberikan apresiasi melalui 'Sharing' inspiratif ini," kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kediri Djoko Raharto ditemui dalam acara itu di IKCC Hotel Insumo, Kota Kediri, Selasa. 
     
Ia mengatakan, temu responden itu sangat penting, sebab dari mereka Bank Indonesia bisa mendapatkan informasi terkait dengan kondisi terkini. Terdapat beberapa survei yang dilakukan pada responden, yang terdiri dari survei konsumen, penjualan usaha, kegiatan dunia usaha, pengembangan harga strategis, sampai "Liaison" atau penghubung.
     
Bank Indonesia, kata dia, dalam melakukan survei juga berkunjung langsung ke lokasi usaha untuk mengetahui dengan persis perkembangan perusahaan tersebut.  Hal itu juga sebagai salah satu evaluasi bagi Bank Indonesia untuk melihat perekonomian ke depan seperti apa. 
     
Selain perusahaan yang sudah besar seperti  PT Industri Kereta Api Indonesia (INKA) Madiun, di wilayah BI Kediri juga banyak usaha kreatif. Untuk itu, dalam kegiatan tersebut BI mengajak serta sejumlah narasumber yang dinilai sangat inspiratif dan diharapkan bisa membagi ceritanya, sehingga bisa menjadikan salah satu inspirasi agar usaha para responden juga berkembang.
     
Dalam kegiatan temu responden itu, beberapa narasumber yang diundang antara lain Direktur Utama PT "Kampung Coklat" Kabupaten Blitar Kholid Mustofa, pelestari tenun ikat Kediri Siti Ruqayyah, serta Muhammad Kalend Osen, pendiri BEC (Basic English Course), yang merupakan lembaga kursus pertama dan tertua di Kampung Inggris Pare - Kediri. Selain itu, sebagai moderator acara terdapat Andy Flores Noya, wartawan sekaligus presenter televisi. 
     
Muhammad Kalend Osen, mengaku sangat senang bisa berbagi pengalaman dalam kegiatan ini. Ia adalah warga asli warga Kutai Kartanegara, dan awalnya datang ke Kediri pada 1976 dan karena terdesak dengan kebutuhan, akhirnya memberikan kursus Bahasa Inggris.  
     
Berbekal dari belajar di Pondok Pesantren Gontor, Kabupaten Ponorogo, akhirnya tempat kursus yang ia dirikan di Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, berkembang pesat. Bahkan, saat ini sudah ada sekitar 150 lembaga kursus Bahasa Inggris di daerah itu, yang semuanya mayoritas dulu muridnya.
     
Ia juga mengatakan, saat ini tempat yang disebut sebagai "Kampung Inggris" tersebut memang sudah banyak perubahan. Salah satunya dilihat secara fisik, dimana di daerah tersebut sudah banyak bangunan yang berdiri. 
     
"Yang jelas, sekarang banyak bangunan, jalan. Harapan saya, mudah-mudahan lebih baik lagi, tidak ada permasalahan," katanya.
     
Ia juga selalu berupaya memberikan pembelajaran yang terbaik pada anak didiknya. Ia selalu memegang teguh, bahwa setiap orang yang berniat datang ke lembaga kursus tidak kecewa. Jika mereka kecewa, dirinya merasa kasihan.
     
"Saya berpikir, setiap orang yang datang ke situ tidak kecewa. Mereka masuk, datang, kecewa, kn kasihan," katanya. (*)

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017